Monday, November 16, 2015

5 Cara Jitu Untuk Menikmati Pulau Air


Katanya, orang yang sering naik gunung itu bakal susah untuk nikmatin pantai ataupun pulau-pulau gitu, ya. Bener gak, sih? Masa sih, gitu?


Awalnya, sih, gue berpikiran seperti itu, kayak, ya namanya beda cuaca dan kondisi. Yang satu dingin dan yang satu panas. Bener-bener bertolak belakang kan, ya? Ya, mirip hati, kalo emang yang satunya dingin dan yang satunya panas, bakalan sakit, jadi demam, gitu. 

HAHAHA. 

HAHAHA. 

Kok garing, ya?

By the way, gue abis pergi ke Pulau Air, salah satu dari ribuan pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Keren banget pulaunya, cuk. Nyesel kalo belom pernah ke sana, mah.

Sebelum memulai semuanya, mari saya beritahukan, apa itu Pulau Air (diambil dari sini). Merupakan pulau yang berada pada gugusan Kepulauan Serbu dan termasuk wilayah kabupaten administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Dan dari Bapak-bapak pengantar kelompok kami, kenapa dinamakan Pulau Air? Karena dahulu kala, ditemukan geyser air di tengah pulau tersebut. Untungnya, bukan keluar mantan, ya, bisa berabe itu, mah.

Nah, gue punya beberapa cara jitu, nih, buat kalian dalam menikmati Pulau Air.

1. Mencari sunset dan sunrise

Hal yang kalian mesti cari adalah posisi matahari terbenam, jangan sampai kalian salah arah. Misalnya, mau melihat sunset, malah ke arah timur. Karena, jika beneran sunset di arah timur, selesailah kita.

Tunggu sampai matahari berubah warna menjadi jingga, karena jika kalian bisa mengcapture-nya, kerennya pake banget. Nah waktunya tersebut memakan sekitar 1 jam, bersabarlah untuk mengambilnya, ya.

 
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Selain sunset, kita juga wajib nih, mengambil gambar sunrise. Kalo sunrise, diambilnya pagi, ya. Kalo sore mah namanya sunset. Soalnya, masih banyak yang ketuker, nih,…

…termasuk gue.

Menurut gue, sunrise bisa diambil sekitar jam 5-6, itu matahari lagi keren-kerennya. Soalnya, jika di atas jam 6, matahari udah berwarna kuning terang banget. Serius. Malah jadi gak asik buat ngambilnya, selain karena udah kuning, melainkan juga udah bikin kita kepanasan.

 
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Lebih baik, kalian mencobanya gih di lain waktu. Hehe.

2. Bersantai di hammock
 
Setelah kalian telah menghabiskan waktu mengejar matahari, bisalah selanjutnya bersantai-santai ria di atas kain bernama hammock. Semriwingnya angin laut dan berpijak pada hammock adalah salah satu pasangan yang aduhai untuk dinikmatin.

 
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Saking aduhainya, gue ketiduran di hammock sampa pagi dan hal itu sukses bikin kedinginan. Hiks.


3. Menimba Air untuk Mandi

Jangan lupa mandi! Setelah berasik ria main air laut dan snorkling, lebih baik dan afdol, kalian mandi dengan air tawar agar badan kalian gak lengket. Sayangnya, di Pulau Air itu gak ada yang namanya air tawar, paling maksimal ya air payau (perpaduan tawar dan asin).

Dan, harus nimba! Kan PR banget, ya?

Tapi menurut gue, itu ceritanya.

Jadi, buat yang mau liburan di Pulau Air, selamat nimba, ya!

..

..psst jangan bilang-bilang, ya, kamar bilasnya kebuka, lho. Buat cewek, hati-hati kalo ke sana dan buat cowok, nikmatilah! Hahaha.


4. Menyebrangi Sisi Pulau Air Lainnya

Pulau Air ini mempunyai sisi lain, mungkin namanya Pulau Air kecil, ya. Pulau Air ini sebenarnya kebelah di tengah, gitu.


 
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Nah, menurut gue, kalian mesti menyebrangi kedua sisi ini biar nikmat. Hehe


5. Foto Selfie

Lho, jangan lupa ini, kalo gak selfie mah bukan anak kekinian katanya.  Hukumnya wajib ini, mah.

Mau kalian selfie di atas perahu, pulau ataupun di bawah laut. Jangan sampai ketinggalan pokoknya. Bisa berabe nanti.

Sumber : Agus Darmawan

Tapi, kalo kalian emang bener-bener pengen nunjukkin kalian lagi di Pulau Air. Please, jangan sampai foto objek wisatanya gak ada, malah foto selfie kamu doang, ya. Kasihan yang lain.

Dan, untuk yang terakhir, lalu diikuti, ya.

Gue kasih tau, nih.

5+1. Jangan Poop Sembarangan

Bener, jangan poop sembarangan, ya.

Tai aja, masa pas lagi mencari sunrise, gue nginjek tai orang. Kan geleuh banget, ya. Hiiiih.

Buat temen-temen, yang jarang kemping, caranya untuk poop adalah GPTC, ya.
a. Gali Lobang
b. Poop dimulai
c. Tutup Lobang
d. Cebok pake tissue basah (kalo ada air, sih, lebih nikmat).

Please, jangan bikin kejadian kaya gue berulang. Kasihan....guenya.

Nah, segitu aja cara jitu yang gue miliki untuk menikmati Pulau Air. Tergantung masing-masing orang, sih, buat menikmatinya. Tetep jaga keasrian lingkungan, ya.

Thursday, November 12, 2015

Garibaldi Thohir, Sosok Penting Dibalik Setiap Kegiatan Lingkungan ADARO

Saat travelling, selain melihat tempat wisatanya, gue juga suka memperhatikan sisi kebersihannya ataupun tata letaknya sebuah kota. Ya walaupun kota yang gue kunjungi gak banyak-banyak amat, sih.

Tapi kebanyakan kota yang gue sambangi, selalu bikin ‘wah’. Gak cuma masalah bangunan yang ada di sana, seperti masjid, keraton, museum ataupun alun-alun kota yang selalu menjadi tempat ‘hits’-nya sebuah kota.

Kalo kalian sukanya kota yang bagaimana? Yang bersih, kan? Iya, kan?

Di Indonesia, tahun lalu, kota terbersih dimiliki oleh Surabaya (goodnewsfromindonesia.org). Mungkin kalian bertanya-tanya “Kenapa Surabaya?”. Sama, gue juga berpikir seperti itu, kenapa kota mereka? Kenapa gak Jakarta?

Ternyata, Surabaya bisa mendapatkan gelar Adipura Kencana gak cuma karena peran pemerintahannya saja, tetapi juga merupakan kontribusi aktif dari masyarakat Surabaya. Hal nyata yang dilakukan masyarakat Surabaya adalah melalui pengelolaan sampah di sekitar lingkungan mereka masing-masing.


Nah, kepikiran gak sih kalian kalo kota Surabaya aja bisa mendapat gelar “Adipura”, kenapa Jakarta ga bisa kita buat seperti itu?

Bener kan?

Pengen gak sih kalo Jakarta jadi kota yang mendapat Adipura di Indonesia? Pengen, kan?.

Jakarta kenapa ga bisa seperti itu? Salah satunya mungkin karena masalah sampah di Jakarta yang gak habis-habis. Bayangin aja, sehari aja sampah Jakarta bisa mencapai 6000 ton. Mungkin kalo gue pedagang sampah, gue bisa menjadi milyarder dengan menjual sampah sebanyak itu.

Sayangnya, gue cuma warga Jakarta yang sederhana, yang kadang-kadang komplain dengan masalah sampah Jakarta. Gue sadar dimulai dari diri sendiri, bahwa kita gak boleh buang sampah sembarang.

Jakarta, butuh warga yang gak buang sampah sembarangan, yang buang sampah pada tempatnya, yang di rumahnya bisa mengkategorikan mana  sampah Organik atau Non Organik, Recycle atau Non Recycle

Dengan kata lain, Jakarta butuh pengelolaan sampah yang baik. Tapi bisa gak ya, orang Jakarta kayak gitu?

Beberapa waktu lalu, gue lihat poster acara “Clean Up Jakarta Day” di sosial media. Gue kepo dong mengenai acara ini, apasih yang dilakuin, gimana daftarnya dan perlu apa aja buat ikutan acara itu.

Ternyata, “Clean Up Jakarta Day” itu merupakan kegiatan bersih-bersih kota Jakarta yang sudah diselenggarakan sejak tahun 2013. Kayak gotong royong ala-ala gitu, lah..  Udah lama banget gak sih, kita melupakan gotong royong buat bersih-bersih lingkungan? Kayaknya terakhir gotong royong tuh jaman SD ya hahaha .. Gue tinggal daftar ke web www.cleanupjakartaday.org buat ikutan acaranya.

 Clean Up Jakarta Day 2015

Menariknya,  “Clean Up Jakarta Day” gak cuma dilakukan di satu titik, melainkan di beberapa titik di seluruh Jakarta. Ada yang di Monas,  GBK ataupun di jl. Brawijaya. Peserta dapat memilih untuk site mana yang ingin dibersihkan. Jadi, gak ada pembagian jatah wilayah, deh. Panitia murni ngikutin kemauannya peserta. Supaya dekat dari rumah, kali ini gue ikutan Clean Up Jakarta yang di Gelora Bung Karno (GBK).

Sumber : instagram.com/cleanupjakartaday


Kalo kalian memang belum sempet buka, baiklah gue kasih sedikit penjelasannya, deh.

ADARO itu adalah perusahaan batu bara yang menghasilkan enviro-coal, sejenis batu bara yang ramah lingkungan. Presiden Direktur ADARO, Bapak Garibaldi Thohir atau yang lebih dikenal dengan nama Boy Thohir, merupakan kakak kandung dari Erick Thohir, pemiliki klub papan atas liga Italia, Inter Milan. Beliau juga merupakan anak dari Teddy Thohir, salah satu pemilik Astra.

Tapi,  jangan salah, Bapak Garibaldi Thohir mempunyai sepak terjangnya sendiri. Beliau juga salah satu merupakan orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Namun selain itu, gue, yang pernah berbincang langsung,  Bapak Garibaldi Thohir adalah pribadi yang ramah, menyenangkan, tegas dan pria yang sayang dengan keluarganya.

Balik lagi ke Clean Up Jakarta Day.

Dalam kegiatan Clean Up Jakarta ini, ADARO gak cuma support secara materi, lho! Tetapi juga SDM, pikiran, tempat dan cara penyebaran informasi kegiatan ini. Kerjasama di antara keduanya sudah sangat baik, buktinya dengan pencapaian peserta di tahun ini. Kalau di tahun pertama Clean Up Jakarta bisa menggerakkan 1.000 relawan, di tahun keduanya ada 5.000 relawan yang bergabung, dan di tahun ketiga ini ada 25.000 relawan. Beuuuuuh!

Clean Up Jakarta Day adalah salah satu bagian dari CSR yang dilakukan oleh ADARO. Makanya, ADARO tidak main-main dengan kegiatan berbasis lingkungan seperti ini. Karena pihak ADARO sendiri selalu serius dengan program CSR-nya. Hal itu dibuktikan dengan terjun langsungnya para Direktur ADARO, termasuk Bapak Garibaldi Thohir.

Sudah pada tau CSR, kan? CSR lho, bukan CJR, yang ada Iqbal-nya.

CSR itu Corporate Social Responsibility. Sebuah program sosial perusahaan, yang sekarang ini dikaitkan dengan program lingkungan sebuah perusahaan. Biasanya, CSR diletakkan di Departemen Human Resources Department, General Affairs maupun Public Relation. Diletakkan paling ujung, yang selalu dianggap sebagai program  ‘pelengkap’ perusahaan.

Sedangkan ADARO, CSR bukan hanya ‘pelengkap’, melainkan sebuah kegiatan utama mereka. Buktinya, Bapak Garibaldi Thohir (Presiden Direktur) selalu terjun ke lapangan untuk beberapa program CSR yang dimiliki ADARO. Beliau-lah pemberi ide kegiatan CSR yang dilakukan dan juga sebagai penerima laporan rutin dengan program CSR ADARO.

Selain Clean Up Jakarta Day, ADARO memiliki program CSR lainnya, seperti :


Tabalong Islamic Centre

Sumber : worldtravelserver.com

Dibuat di tahun 2012 atas pemrakarsa Bapak Garibaldi Thohir, merupakan Islamic Centre terlengkap se-Asia Tenggara. Komplek bangunan Tabalong Islamic Centre (TIC) dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah Tabalong. Dana yang digontorkan tidak main-main, mencapai 52 miliar. TIC memiliki berbagai bangunan seperti Masjid Al-Abrar, masjid dua lantai yang dapat menampung 3500 jamaah.
3500 jamaaah? Gileeeeek. Gede bangeet, ya.



The Bekantan Twins Project

Sumber : thebekantantwins.com

Project yang didirikan pada tahun 2013, dimana awalnya adalah project sekolah dari kedua anak Bapak Garibaldi Thohir, yang akhirnya dijadikan sebuah program CSR dari ADARO. Project Bekantan ini bertujuan untuk menyelamatkan populasi monyet bekantan Kalimantan.

Project ini tidak main-main, pihak ADARO-melalui Yayasan Adaro Bangun Negeri-, memantau secara langsung untuk project ini. Bapak Garibaldi Thohir pun ikut andil, yang selalu menanyakan kepada kedua anaknya “Sudah sampai mana projectnya?”. Pada akhirnya, di bulan Maret lalu, project CSR ini berhasil mendapat penghargaan ‘CSR Leadership in Global CSR Awards’.

Nila Best

Program CSR lainnya yang dimiliki oleh ADARO adalah project pengembangan ikan nila menggunakan sumber air bekas tambang yang dimiliki oleh ADARO. Saat ini, program pengembangan ikan nila tersebut sedang dalam tahap akhir. Program ini dilakukan bekerja sama dengan pihak LIPI (salah satu lembaga kepemerintahan) dan IPB. Dari mulai pemeriksaan air sampai dengan kandungan gizi yang dimiliki oleh ikan nila itu sendiri.

Sebenarnya, masih banyak lagi, program CSR yang dimiliki ADARO, seperti Clean Up Jakarta Day yang seperti gue jelasin di atas, kerjasama dengan LSM dalam penanganan sampah di Tabalong dan reklamasi bekas area tambang ADARO. Kayanya, masih lebih dari itu, deh.

ADARO memang selalu serius dengan CSR yang dilakukan.

Ternyata hal itu memang selalu ditumbuhkan di dalam perusahaan oleh Bapak Garibaldi Thohir. Beliau, memang dikenal sebagai pria yang selalu menumbuhkan rasa peduli lingkungan terhadap karyawan, keluarga maupun koleganya.
Menurut Ibu Okty, GM CSR ADARO, yang gue temuin di kegiatan “Clean Up Jakarta Day”, Bapak GaribaldiThohir merupakan sosok yang selalu memperhatikan lingkungan dan keadaan sosial di Indonesia.

“Pak Boy (panggilan akrab Bapak Garibaldi Thohir) itu merupakan seseorang yang penting dalam program CSR Adaro Group. Pak Boy Thohir berperan sebagai ambassador setiap kegiatan CSR yang dilakukan oleh Adaro. Beliau juga sebagai pemberi ide-nya.” Ujar Ibu Okty, GM CSR ADARO.

Setiap kegiatan CSR? Mungkin kalo ada gunung yang belum ditendang Sangkuriang, bakal gue tendang sekarang.

Ya pikirin aja deh, CSR dilihatin langsung sama Direktur? Whaaaaat!. Gue sih gak nyangka aja, ada orang yang begitu.

Kayak gue gini, merhatiin pacar aja kalo lagi pengen aja. Gak setiap hari. Susah kadang-kadang kalo udah sibuk sama urusannya sendiri, kan? Nah Bapak Garibaldi Thohir ternyata beda. Sesibuk apapun, masih bisa nyempatin waktunya.

Dan gue merasa tercambuk.

*dicambuk*

“Pak Boy Thohir selalu memasang target tinggi untuk setiap kegiatan yang dilakukan. Sekalipun di keluarga, beliau tetap seperti itu. Contohnya kepada kedua anaknya yang kembar. Buktinya, project bekantan yang dimiliki putrinya sukses mendapat banyak penghargaan.” Ujar Ibu Okty lagi.

WOW. Target tinggi?

Banyak penghargaan? WOW lagi. Double WOW.

Mungkin, kalo Bapak Garibaldi Thohir, sebagai bokap gue. Gue juga akan juara penghargaan ide-ide brilian anak-anak jaman sekarang. Dan gue jadi keren.
Menurut gue, sosok tersebut memang harus diikutin setiap orang. Karena, target tinggi bukanlah masalah, yang masalah kalo kita gak pernah masang target apapun.


Beliau sukses bikin gue tertohok. Kok ada ya, orang tua seperti Bapak Garibaldi Thohir.

Selain itu, beliau juga merupakan ‘agent’ terbaik yang dimiliki Adaro. Setiap ada acara, beliau selalu mengundang koleganya untuk ikut bergabung. Meskipun beliau sendiri terkadang tidak bisa hadir, Bapak Garibaldi Thohir selalu bisa mengajak koleganya untuk ikut bergabung.

Salah satu bukti keseriusan Bapak Garibaldi Thohir dalam membangun negeri adalah didirikannya YABN (Yayasan ADARO Bangun Negeri), sebagai bagian dari program CSR yang dimiliki ADARO. Bapak Garibaldi dan jajaran direksi yang lainlah, yang selalu memantau secara langsung YABN itu sendiri.

 Bapak Garibaldi Thohir

Sumber : Google

Kayaknya, BapakGaribaldi Thohir memang sangat keren, ya. Beruntung pernah ngobrol bareng beliau. 

Kalo ada kesempatan ngobrol lagi, mau minta di Tabalong Islamic Centre aja, ah. *lah siapa gue*

Semoga, bukan hanya Bapak Garibaldi Thohir yang melakukan kegiatan dan sifat yang sangat amat ditiru. etapi, semua generasi muda yang akan datang bisa mengikuti jejak beliau

Tuesday, October 27, 2015

Camp Ala Blogger Camp 2015

Dalam rangka memperingati Hari Blogger Nasional, para sesepuh blogger Indonesia akhirnya membuat acara kumpul-kumpul. Acara tersebut diwakili dengan nama akun twitter @bloggercampid. 

Acara ini sudah lama dinantikan oleh para blogger, karena acara sejenis ini, yang notabene menjadi ajang-ajang kumpul telah lama vakum dan hibernasi sejenak. Mungkin, hal tersebut yang menjadikan dasar mengapa acara seperti ini dihidupkan kembali.

Dengan mengusung tema “Membangun Kredibilitas Blog”, acara ini siap digelar. Para peserta yang ikut juga tak main-main, banyak para blogger senior ataupun blogger cupu macem gue ini. Tapi, menurut gue, dengan tema seperti hal di atas, panitia bakal sukses mengadakan acaranya.

Yaiyalah, kredibilitas blog saat ini sangat diperhatikan oleh masing-masing blogger. Mungkin karena pengakuan dari sesame blogger ataupun blognya menjadi dasar setiap orang mencari berita.

By the way, blogger camp ini tidak hanya diadakan di satu kota saja, melainkan di empat kota. Yaitu, Jakarta, Purwokerto, Surabaya dan Makasar. Acaranya dibuat serentak, mulai dari 26 – 27 Oktober 2015. Sehingga, kalau kalian melihat lini masa twitter, mungkin banyak hastag-hastag seperti #bloggercampid, #lovekonten dan #JKT/#MKS/#SBY/#PWR.

Pada kesempatan kali ini, gue akhirnya mengikutkan diri, setelah blog gue hanya dipenuhi curhatan-curhatan galau dan mewek. Cukup sedih ya jadi gue. Hiks :(. Secara gue mau kenal siapa aja sih blogger yang lagi hits di abad ini.

Oke skip.

Kegiatan acara ini meliputi banyak hal seru. Pertama kali dimulai aja, peserta diajak untuk berkeliling Hotel Harris Tebet. Dari sekian banyak fasilitas yang dituju, seperti Kamar (Harris Room dan Suite Room), Fitness (Gym), Harris Butik dan Meeting Room. Banyak kan, ya?. Kalo gue sendiri, sih,  favorit ke bagian Fitness dan Spa-nya. Ya, mau gimana lagi, karena belom ada kesempatan buat ngikutin fitness secara resmi, jadilah gue cuma mengagumi fasilitasnya.

Sumber : Dokumen Pribadi


Kemudian, setelah mengunjungi Harris Tebet, para peserta dibagi menjadi dua rombongan, saat pembagian bus ke lokasi tujuan, yaitu Hulu Cai, Bogor. Gue sendiri berada di bus kedua, dengan Mas Alex sebagai MC-nya, perwakilan dari Juara Agency. Anyway, pantesan badannya jadi, dia juga merupakan orang Golds Gym, toh. Pantes aja badannya ‘jadi’.

Bagi-bagi hadiah pun jadi menarik di sana, mulai dari live tweet mengenai Bluebird Group, post foto sandal dari Harris Tebet dan menjajal pisang dengan kulitnya yang bisa dimakan oleh SunPride. Oke untuk kulit pisang yang langsung bisa dimakan, itu bohong.

Sesampainya di Hulu Cai, pukul 17.30, lalu disambut dengan makan malam. Gue paling semangat untuk acara makan mah, secara belom makan dari beberapa hari lalu. Hahaha, bercanda. Setelah makan, dilanjutkan dengan pembagian tenda.

Gue, yang sehabis ibadah, bingung dong ada di tenda mana, karena gue gak mendengarkan. Mencari dimana dimana tenda gue berada.

Acara malam dimulai dengan sharing-sharing ala-ala lucu. Dari sharing dari @ndorokakung, Pakdhe Wilung dan Mba Nuniek (yang ternyata sesepuh blog), sampai media yang mendukung acara ini yaitu Net Media.

Net Media menerangkan Net Citizen Journalism, itu semacem gimana sih caranya jadi Jurnalis Rakyat yang selalu melaporkan apa yang terjadi secara nyata di kalangan masyarakat. Baik dari video, tulisan ataupun video dicampur tulisan.

Kayanya gue mesti ikutan Net CJ, nih, hadiahnya lumayaan, bro. Bisa biayain gue naik gununglaaah.

Membangun Kredibilitas Blog

Tema untuk Talkshow yang dimoderatori oleh Ndorokakung ini, sangat menyenangkan. Dari beliau yang sangat sekali guyon, dan juga gue sempat ngobrol-ngobrol saat sarapan dengan beliau. Ternyata beliau memang mengasyikkan.


Ngobrol bareng @ndorokakung
Sumber : @NegeriID


Kembali ke tema talkshow-nya,

Dari para pembicara seperti Mas Iman Brotoseno (@imanbr), kemudian Mas Nirwan dan juga Mas Maulana sebagai perwakilan dari twitter. Banyak hal yang gue dapat dari gimana sih cara kita bangun kredibilitas blog sendiri.

1. Sering Menulis

Karena menulis itu adalah bakat setiap orang, jadi jika orang yang ingin menjadi penulis, tetapi jarang latihan. Jangan harap bisa menjadi penulis yang mempunyai branding sendiri.

2. Jadilah Penulis yang Spesifik

Kemudian, selain latihan menulis yang selalu terus dikerjakan. Ada baiknya, kita perlu memilih, maunya menjadi penulis seperti apa. Jadi penulis spesifik atau penulis yang general. Keputusan seperti itu, bisa kita buat sendiri tanpa melibatkan orang lain.

3. Sebelum menulis, perlu mencari riset yang mumpuni

Menurut gue, sih, bener bangeet. Seenggaknya, kita juga tau apa sih yang bakal kita tulis. Walaupun sebenernya kita sudah melewati atau mengalaminya.  Seakan, kita itu mesti tau, apa yang menjadi dasar kita menulis tentang hal tersebut.



 Sumber : Dokumen Pribadi

Oh iya, Blogger Camp 2015 didukung oleh Indosat Love, Net Media, Sunpride ID, Tauzia Hotels, Juara , Bluebird Group dan masih banyak media lainnya.

Ah, kegiatannya masih ada yang seru, nih. Padahal mau ketemu @arievrahman. Tapi kayanya belum dateng. 

By the way, udah dulu, yaaa guys, masih mau ikut acara lain.

Saturday, October 24, 2015

Lebaran Malah Naik Gunung Sumbing

“Bro, gue cari tempat ngecamp dulu, ya!” Informasi dari Herdi yang masih semangat mendaki di jam 12.30 malam.

“Iya Bro.” Jawab gue dengan setengah sadar


“Weeeey Ben ada, nih!” Teriak Herdi dari kejauhan



“Weeeey…..” Teriakan Herdi kembali, yang masih tak terdengar oleh gue. Sementara gue lagi asyik ngobrol sama Jafar.
***

Sepenggal percakapan di atas adalah kisah kami bertiga di Pos Pestan ketika kami mendaki gunung Sumbing, sebuah  gunung yang terletak di Jawa Tengah, tepatnya di dekat wilayah Wonosobo.

Tepat setahun yang lalu,  gue beserta dua teman yang lain mencoba mendaki di hari yang penuh berkah ini. Mendaki di lebaran kedua hari raya.  Agak was-was sebenarnya.

Takut dikutuk jadi batu ataupun diusir dari rumah, karena pas lebaran malah naik gunung. Bayangkan aja, seharusnya di hari raya kemenangan nan fitri ini, malah bepergian atau pun mendaki gunung.

Proses mendaki ini ga gampang, dari minta izin ke orang tua, izin ke pacar (bagi yang punya), ataupun izin ke gebetan masing-masing.

Awalnya, kita melakukan pembelian tiket kereta, karena jika naik bis, gue khawatir bakalan mengalami macet di jalan.

Agak gak enak juga, sih, karena kita membeli tiket kereta mudik. Kasihan yang pada mau mudik, malah tiketnya kita ambil. :((

Mungkin, mudikers (red: para pemudik), akan menghantam kami bertiga jika tau mereka kehabisan tiket karena ada yang mau naik gunung. Mungkin juga, gue dan teman-teman dapat menjadi ‘sampah’ hujatan mereka.

Duh gue negatif aja pikirannya.

Tapi, mungkin juga….

Ah mungkin mulu.

Kami bertiga menaiki kereta Serayu Malam, karena Serayu Pagi gak kebagian. Jayus lo! Gue dalam hati, mending ketemu cewe di depan saat duduk, daripada ketemu Bapak-bapak yang sok-sok tidur di kereta.

 Tersangka
Sumber : Dokumen Pribadi

Tebakan gue bener, kami bertiga berdepan-depanan dengan ibu dan anaknya yang lagi mudik. Anaknya masih kecil, lucu gitu. Jadi kepengen punya anak. Gue berarti harus latihan dulu nih, gimana cara bikin anaknya. *lho*

Singkat kata, kami sampai di Stasiun Purwokerta pukul 07.00 pagi.

“Ben, kenapa dilewatin?”

“Bagian mana?”

“Bagian latihan bikin anaknya.” *ngasih link JAV*

Setelah, melakukan MCK. Kami berangkat ke Terminal Purwokerto. Dengan sepengetahuan tarif yang ala kadarnya, kami sukses sampai di Terminal dan ditipu mentah-mentah oleh calo bleng**k.

Ya bayangin aja, harga tiket ekonomi dijual dengan harga eksekutif. Kesel jadinya.

Ya secara gak ikhlas, kami menerima tawaran tersebut. Dan ketika naik, bener-bener kesel. Bis jadul, udah tua dan gak ada AC-nya. Di perjalanan pun, panas juga. Hiks, Hayati sebel.

Waktu perjalanan mencapai 3 jam dari Terminal Purwokerto ke Pos Pendakian Garung. Dengan pantat tepos dan hati yang kesel, kami berjalan lagi menuju pos pendaftaran. Sesampainya di sana, seperti biasa, yang ditugaskan mendaftar adalah Herdi, karena dia mempunyai latar belakang Mapala atau Apalah Aku Atuh.

Setelah mendaftar dan membaca peta, serta mendownload peta online di aplikasi Oruxmaps, kami bergegas melakukan persiapan. Persiapan air dengan derigen 5 liter pun sudah siap. Kemudian persiapan masing-masing, ada yang nelepon pacar ataupun selingkuhan. Karena saat itu, gue gak punya pacar, gue nelepon operator seluler.

 Orang ganteng sok sok baca peta dan peraturan
Sumber : Dokumen Pribadi


 
Mading Pendakian
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kami melakukan perjalanan pukul 5 sore. Sebenarnya, gue gak biasa mendaki malam, tetapi karena kami semua adalah pekerja buruh, yang dikejar waktu cuti, mau gak mau pendakian malam dilakukan. Kami tau konsekuensinya, dengan kami bertiga yang tidak mempunyai pengalaman di gunung ini, mungkin kami bakal nenda di jalan.

Untunglah, Oruxmaps, aplikasi GPS dan peta yang gue dapat dari thread di Kaskus OANC, membuat kita merasa aman. Ditambah di saat pendaftaran, kami mendapatkan peta kertas dari Ranger di bawah.

Di pos pendakian pertama, Jafar dengan tas barunya, mengeluh kesakitan. Karena letak torso yang gak sinkron dengan tulang belakang, jadilah ia menjadi-jadi, ditambah dengan dia membawa tenda.
Ya mau gimana lagi, yang tadinya gue mau jalan nyantai dengan tas yang ringan, kebagian tenda di Pos Pendakian Kedua. Jafar telah sangat kesakitan. Dia lebay ya ternyata, gak nyangka.

Tur Atur
Sumber : Dokumen Pribadi

Dan di saat gue bawa tenda dan air yang lumayan banyak, serta nesting di backpack, “Anjrit berat banget” dalam hati. Akhirnya kami melakukan perjalanan kembali dengan penggantian isi tas tersebut. Biasanya, gue selalu minta duluan pas naik, tapi kali ini, sebaiknya tetep bareng-bareng, karena sudah malam dan di situasi bahwa kami bertiga belum pernah mendaki gunung ini.

Semua pendakian berjalan normal sebelum mencapai Pos Pestan. Sesampainya di sana, lapak buat nenda menipis, karena saking banyaknya pendaki yang sudah ada di sana sejak sore.
Karena gue dan Jafar sudah kelelahan, jadilah pemimpin kita, Herdi, si penakluk wanita, yang mencari lapak yang dapat kami bangun tenda di atasnya.

“Bro, gue cari tempat ngecamp dulu, ya!”Informasi dari Herdi yang masih semangat mendaki di jam 12.30 malam.

“Iya Bro.” Jawab gue dengan setengah sadar

“Weeeey Ben ada, nih!” Teriak Herdi dari kejauhan

“Weeeey…..” Teriakan Herdi kembali, yang masih tak terdengar oleh gue. Sementara gue lagi asyik ngobrol sama Jafar.

Entah apa yang gue obrolkan dengan Jafar malam itu. Kemungkinan, si Jafar nanya Herdi dimana. Sebenarnya gue juga lupa apa yang diperbincangkan di sana, karena kebanyakan nanjak bareng dan curhat apapun. 

Pantat semok gue
Sumber : Dokumen Pribadi


Tiba-tiba Herdi datang dan ngomel-ngomel, “Eh sempak, gue panggilin daritadi, malah asyik ngobrol, kedinginan ini gue”. Dalam hati, gue bilang “Sama gue juga, Kampret.”. Apalagi hati yang sudah beku ini. Hiks.

Di malam itu, kami kedinginan saat mendirikan tenda, dan Jafar sedang kelelahan dan kesakitan. Setelah kami beberes dan makan malam (red: dini hari), Jafar muntah di tenda. Dan gue, dengan tatapan “Anjrit, lo ngapa muntah di tenda, sih”.

Ya untung aja, bukan matras gue yang kena, melainkan matrasnya Herdi.

Hahahaha. *tertawa berak*
*bersambung ke post selanjutnya*

Tuesday, October 13, 2015

Ke Papandayan Aja Nyasar!

“Tar tar, tunggu dulu.”

***

Mendaki gunung itu emang gampang (kalo kalian ngeliat film 5cm, sih), cuma janjian di stasiun kereta dan bawa kerdus indomie. Eh itu namanya malah mudik, ya. Hehe. Tapi ya karena film itu juga sih, setiap orang berlomba untuk bisa mendaki gunung. Gak peduli punya riwayat penyakitnya. Semua terhipnotis…

.

… macem kaya gue gini. Zzzz.


Mau dikatakan apalagi sih, emang bener nyatanya. Buktinya sekarang ini, beeeeeuh. Banyak amaat yang naik gunung. Apalagi gunung TNGP, syusaaah bener sekarang kalo nyari slot buat mendaki. Makanya sekarang banyak calo-nya deh tuh TNGP. Tapi tenang kalo gue maaaaaah……… ya pake calo juga sih.
Kenapa? Karena gue udah punya pengalaman saat melakukan pendaftaran saat normal. Ribet abis sekarang.

Ah, ganti topiklah.

Mendaki gunung itu perlu persiapan, misal peta, gps dan kompas. Sekarang, percaya deh, berapa persen sih pendaki yang bawa begituan ke gunung. Sedikit bro. Belum tau persennya, sih. Karena belum melakukan survey secara besar-besaran. Pernah sekali nanya temen gue, di saat kita lagi mau mendaki ke gunung yang belum sama sekali kita sentuh.

“Udah punya trek atau petanya belum?” Kata gue menanyakan persiapan yang sudah disusun rapih.

“Belom.”

“Lho kok belom?” Tanya gue dong, agak penasaran.

“Emang penting apa, jalurnya juga jelas, kok.” Bantahan temen gue.

Dari sana, gue yakin sih, temen gue yang udah jelas sering banget naik gunung aja, masih begitu kadang-kadang. Apalagi, para cabe-cabean yang sering naik pake celana senam/olahraga dan hotpants doang ke gunung.

Nah, pernah gak sih lo, udah punya peta dan gps bias nyasar?

Gue sayangnyaaaa kamu pernah.

***

Jadi ceritanya begini *ala ala dalang*

Sebelumnya, udah diterbitin tulisan buat prolognya. Kalian bisa baca di sini. Sampai pos pendaftaran kita siang hari, di pos Camp David. Otomatis rombongan kami melakukan persiapan pendakian dulu, pindah-pindahin tenda, makanan dan peralatan masak. Si rombongan yang bareng kami juga sama.

Lalu, setelah persiapan siap, kita mulai pendakian. Sekitar jam 4 atau 4.30 gitu. Ya lumayan sore-lah. Sebenernya, jarak dari pos pendakian awal ini cuma 1-2 jam ke pos campingnya. Tapi emang karena kesotoyan yang tiada duanya, kami ingin melakukan pendakian sampai pos camping yang di atas (yang sebenernya udah dilarang, ini baru kami ketahui setelah kejadian tersebut dari bapak-bapak ranger).

Dan juga cuma bermodalkan peta serta GPS yang tertera pada aplikasi Oruxmaps gue. Kami memulai pendakian yang bener, dong.

Kawah Pertama.

Kami ketika sampai di kawasan kawah yang pertama ini, masih yakin kalo “We are still on track”. Jam tangan menunjukkan pukul 5, kami masih foto-foto dengan background uap yang mengepul, ada yang gaya ngerokok, kentut (itu gue) dan yang biasa aja (tangan dilipet macem pejabat).

Setelah itu, kami mencoba maju, dari trek yang awal, kita ngelewatin hutan mati. Bukan, bukan hutan mati yang biasa buat foto-foto di atas sebelum Tanjakan Mamang itu. Melainkan hutan mati yang berbeda punggungan dari gunung ini. 



Kawasan Vegetasi

Adzan Maghrib berkumandang, kami sedang beristirahat setelah beberapa kali salah jalan. Maju kemudian mundur, terus maju lagi terus mundur lagi, cepat lama-lama menjadi lambat.

Udeh gausah mikir yang engga-engga. Ini emang kaya gitu kejadiannya, setelah maju beberapa meter, lalu salah jalan, kemudian mundur lagi. Awalnya kaki masih lincah sampe kaki, minta diurut-urut, terutama gue, yang lagi cantengan sakit kakinya.

Kami istirahat, cuaca sudah semakin gelap dan angin semakin kencang adanya. Kedinginan dong. Mau peluk, tapi gak ada pacar. Lagipula gak tau juga sih pacarnya siapa. Haha. Stop.

Saat pukul tujuh

Entah beberapa kali mencoba, tapi tetep aja….nyasar. “Dulu gue lewat sini, kok. Jalannya jelas”

Teman gue, si penunjuk arah, sebut saja Tampan. Jadi si Tampan tetep keukeuh buat ngelanjutin dengan kalimat selalu "Tar tar entar dulu", karena dia pernah nembus ke atas dan berhasil. Namun kali ini, nyatanya salah duga. Kita nyasar, men.

N-Y-A-S-A-R

Mau gue mau, gue yang emang anaknya gak mau nyasar, nyaranin buat turun aja, balik lagi ke start awal, pas kita memisahkan diri dari jalur resminya. Ditambah kondisi yang udah nyut-nyutan kakinya, mau gak mau gue harus kayak gitu.

Dan, di saat kita turun. “Kalian cepat turun. Tunggu di sana. Jangan kemana-mana.” Ternyata kita udah diliatin sama orang-orang. Mereka itu ranger. Beraaaak maksimal!

Mau gak mau kami menunggu dong. Daripada disangka yang engga-engga. Ye kan? Lalu, di saat mereka sudah menghampiri kami dan bertanya “Kalian nyasar, ya?”

Kami serentak menjawab “Enggak kok, Pak. Kami habis foto-foto aja.”

Sebelumnya, kami memang berdiskusi mau jawab apa ketika nanti mereka datang menghampiri. Daripada kami disalahkan karena memang salah. Tapi secara kami adalah keturunan Indonesia, yang memang wataknya gak nrimo kalo disalahin.

Kami sepakat saat itu untuk jawab “Engga kok Pak, kita gak nyasar. Cuma foto-foto aja.”

Kenapa begitu? Karena narsis itu gak akan pernah salah.

Note:
Penulis memahami kegiatan di atas adalah perbuatan yang melanggar peraturan. Sekaligus terbitnya tulisan ini, penulis memohon maaf jika ada pihak yang merasa terganggu untuk hal tersebut