Saturday, January 30, 2016

Kacamata Sayang Kacamata Malang

Hal apa yang udah kalian lakukan untuk hobi? Hal terberat? Hal termahal? Hal termurah?

Sekarang, kalo gue pikirkan (ya seenggaknya emang ada pikiran lah, ya), hobi itu banyak yang perlu mengeluarkan banyak uang. Contoh, anak skateboard. Setau gue, papan paling murah yang pernah diliat aja sekitar 500 ribu. Itu hanya papan, belum rodanya. Lumayan, kan?

Contoh yang kedua : Anak Gunung. Percaya ngga sih? Kalo dibalik kegembelannya saat mendaki gunung, para pendaki adalah orang yang mempunyai uang banyak.  

Tas gunung, kemungkinan harga termurah adalah sekitar 500 ribu, dengan merk tertentu. Paling mahal mungkin bisa mencapai 5 juta kali, ya. Kemudian sepatunya, bisa sampai satu juta ataupun lebih. Menurut gue, sih.

Tapi, di artikel ini, gue ngga bahas berapa mahalnya sebuah produk, kok. Gue pengen bahas mengenai hobi yang baru. Iya, mungkin jika kalian pernah liat instagram gue, kalian bisa melihat beberapa video mesum bersejarah dalam hidup gue.

Udah pada tau kan kalo gue punya instagram?

Bener kan?

Tau, kan?

Ah belum, ya? Hih jahaaaaaaat. :( *sesenggukan di jalan* 

Jadi, bagi yang belum pernah liat, silahkan liat dulu, baru lanjutin baca artikelnya.

Ciegitu.

***

Belum lama ini, gue lagi asyik mencoba olahraga freediving. Apa itu freediving? Sama ngga sih kaya scuba diving? Jadi, freediving adalah kegiatan di bawah air yang dilakukan selama mungkin menggunakan paru-paru saat bernafas tanpa dibantu menggunakan tabung oksigen seperti pada scuba diving. Menurut pengertian dari Wikipedia.

Dengan kata lain, freediving hanya menggunakan mask, fin dan juga wet suit. Kegiatan freediving ini, biasa dikondisikan dengan kegiatan lain seperti spearfishing, underwater hockey, ataupun underwater football. 

Tapi jangan samakan freediving dengan diving-nya Ashley Young, ya. Itu beda, kok. Sebagai informasi aja, sih.

Hobi tersebut timbul saat setelah berenang lucu di Pulau Tunda. Ya, gue pikir, kayanya asyik ya bisa menyelam di kedalaman lautan asmara terdalam.

Akhirnya,  di sekitar dekat penghujung tahun 2015, gue sepakat pada diri sendiri untuk membeli peralatan freediving sendiri. Terkecuali wet suit. Soalnya mahal, cyin. Gaq quwat liatnya mata ini.

Karena pada saat itu masih awam banget dengan dunia per-freediving-an, gue ngga tau merk apa yang bagus dan pantas dibeli dengan budget yang menyisa di kantong celana.

Setelah beberapa kali nanya ke teman. Gue memberanikan diri untuk membeli merk Amscud ataupun Seac. Karena pada saat itu, kedua merk tersebut masih terjangkau dengan budget yang tersisa. Bisa sih beli pake kartu kredit. Itupun kalo ada yang mau pinjemin kartunya ke gue.

Nasib memang pada saat itu. Terpaksa gue membeli dengan merk Cressi, yang notabene lebih baik dari kedua merk yang diinginkan. Itu sih katanya. Menurut gue, tergantung spek si alat juga, sih. Karena memang bener masih awam, “harga mahal menentukan kualitas” dengan prinsip itu lah gue membelinya. 

 
 diambil oleh @ryonarwendo

Perjalanan kami berdua sebagai partner sudah sangat baik. Dia mengerti akan kebutuhan gue, keinginan gue, ataupun kelengkapan hasrat yang ada di tubuh ini. Bisa dibilang, dialah pacar saya waktu itu.

Maklum, saat itu jomlo. Kayanya, sih.

Kan cewe gue orang banyak.

Perjalanan kami yang pertama, yaitu pergi ke Pulau Air. Ternyata, dia sangat prima, sangat bugar, sangat kharismatik. Dia melengkapi dan membantu saya dalam mengarungi bahtera di lautan terdalam. Gak bisa dipungkiri lagi. Gue sudah jatuh cinta sama dia. Eh? Gue macem animism gitu, ya? Haha. 

Mask? Tak diragukan lagi, beberapa meter di bawah permukaan laut, dia tidak bocor dan sangat cerah sehingga membantu gue melihat indahnya bawah laut.

Fin? Ini bukan berakhir, ya. Fin itu adalah kaki katak. Katak punya kaki. Atau apalah istilah itu. Benar-benar membantu lagi. Gue bisa mengambang dengan satu sampai dua kali hentakan saja. Luar biasa.

Dan...   


..

..

Perjalanan kedua dan terakhir kami.

Saat itu, gue dan kawan-kawan berangkat ke Lampung untuk yang kedua kalinya. Setelah berganti-ganti tempat snorkeling yang asyik. Gue secara tidak sadar melakukan tindakan bodoh dengan menduduki mask gue sendiri.

Seketika, tempered glass pada mask gue, terbelah, menjadi puing-puing, menjadi sampah kaca yang tak bernilai.

Dokumentasi Pribadi


Gue langsung..

..

..sedih saat itu juga.

Gak tau harus melakukan apa lagi. Merasa seperti kehilang seseorang dalam partner terpenting.
Yang akhirnya gue lakukan pada saat itu, ya nyebur kembali ke dalam lautan. It fixed me. Kayak lagunya Coldplay, tapi dicampur sama dangdut remix khas Lampung.

***

Gue sadar pada saat itu.

Gak, gak ada yang kekal di dunia ini. Sekalipun benda mati. Kadang kita terlalu dekat dengan sesuatu, sehingga tanpa sadar kita sudah teradiksi, mulai ketergantungan.

Seperti pada hubungan, sekali kita ketergantungan pada seseorang. Kadang, malah seseorang tersebut yang dapat ‘membunuh’ kita dengan perlahan.

Kok, curhat? Wehehe.


Sunday, January 24, 2016

Lempar Balik ke 2015

Lohaaaa!! Udah lama banget ngga nulis. Terakhir nulis itu cuma puisi-puisi aja. Ya, tapi bukan di sini, sih. And yes, gue punya jiwa romantis juga kadang-kadang, lho. Hahaha.

Gak deng, bercanda.

Gue jawabnya sih masih, padahal mah tulisan terakhir aja itu bulan November. 

Banyak yang nanya, “Ben lo masih nulis ngga, sih?” 

*keplak diri sendiri*

*toyor lagi* 

Sekarang, gue mau bahas apa aja yang udah dilakukan selama tahun 2015, kemarin. Sebagian sih, udah ada tulisannya di blog ini. Sebagiannya belum. 

Duh! 

Jadi,  di 2015 kemarin, banyak hal yang dilakuin, deh. Setiap jeda 3 bulan pasti ada aja kegiatan keluar rumahnya.

Di awal 2015, gue melakukan pendakian ke gunung Sindoro, tapi sayang, sampai saat ini, tulisannya belum pernah terbit. Maapkeun. Soon, deh. Nanti dicari dulu kerangka tulisannya, soalnya, gue pelupa, jadi setiap habis jalan-jalan, gue tulis kerangkanya, dan lupa naronya. Kebiasaan.

Untung aja, gue ngga lupa kalo gue itu cowo pas kalo lagi ke toilet, yaa.

Setelah itu, gue tetep melakukan pendakian kembali, kali ini di sekitar bulan Mei 2015. Ke salah satu gunung tertinggi di Jawa Barat. Kalian bisa baca tulisannya di sini. Naik gunung ini, punya pengalaman unik. Dari menghabiskan waktu di bis Jakarta-Cirebon dengan berdiri. Kemudian ngomelin anak orang, lalu ngerasa punya sensitifitas yang tinggi di sekitar gunung tersebut.

Yang bikin gue sadar, “Setiap gue melangkah di pendakian gunung, gue ngga berjalan sendirian”. Maksudnya, ada yang selalu ngikutin, dimana ada yang bagus atau engga.

Dan kalo ngga salah inget, gue juga melakukan pendakian yang gagal. Dua-duanya ke TNGP. Pertama gagal dapet simaksi (padahal udah ngurus sama calo), kedua, Cuma sampai di Kandang Badak. Yep, ngga selamanya, gue memaksakan sampai puncak. Karena naik gunung itu nyari senengnya, ngga selalu puncak.  

Ya, walaupun, kalo sampai puncak bisa memiliki prestasi sendiri, sih. And, pengen sih nulis dua hal itu, tapi lain waktu kali, ya.  Ingatkan gue, jika berkenan.

Setelah menghabiskan banyak waktu di gunung, gue sepakat sama diri sendiri, demi menjadi anak outdoor yang sesungguhnya. Gue mesti main ke pantai lagi.

Dan, gue bener-bener ketagihan, main air. Ya walaupun awalnya, gue sama sekali ngga bisa snorkeling atau apapun.  Dari gue yang awalnya anti air banget, sampai gue suka sama air. Mungkin hidup gue lebih cocok dengan air, yaa. Misalnya, jualan air isi ulang, gitu? Cocok, nggak?  

Tahun 2015, gue sukses main air di Pulau Bira, Pulau Air dan Pahawang (Pahawangnya dua kali), yang bikin kantong gue sesek di bulan Desember kemarin. Eh pas gue cek, emang gue aja yang udah gendutan langsingan, jadinya sesekan, deh.  

Sampai saat ini, kamu bisa baca tulisan tentang Pulau Bira di sini. Ataupun tentang Pulau Air (here).  

Oh iya, saat ini, gue lagi jadi finalis acara e-poster yang dibuat oleh @IndonesiaFlight, lho.


Kalau kalian, setidaknya, mau bantu gue. Kalian bisa, like foto e-poster punya gue di linkini,  ya. Suaramu, ku nanti, lho. Saat ini, gue di posisi keempat, dari enam finalis. Jadi, mohon dibantu, yaa. Hehe.

Terus, apalagi, ya. Hmm, ternyata gue juga naik gunung lagi ke TNGP, kali ini, gantiin orang yang gagal naik. Ya, walaupun begitu, akhirnya gue bisa tau yang namanya Tanjakan Setan. Selama ini, taunya cuma anak setan. 

Kayanya di 2015, hanya segitu aja, deh, yang gue inget.

Maklum, pelupa. Entah apa jadinya, kalo gue sudah tua, kalo soal beginian aja lupa terus. 

Eh iya, gue juga beli perlengkapan alat buat freedive, dan begonia gue, mask pecah karena ketiban pantat gue yang bohai ini. Rest in peace, Maskbrother. Jasamu akan ku kenang.

HIKS :((((

Nah di 2016, gue masih pengen jalan-jalan. Entah di hati orang atau di pikiran kamu. Mungkin juga di sela-sela bengongnya kamu. Halah.

Rencananya, ada main airnya, main gunungnya atau main apa aja yang bisa buat gue seneng. Asal jangan mainin perasaan wanita aja. Gak baik soalnya. 

By the way, gue mau ikutan tes IELTS juga, sih. Doakan beneran terwujud ya kejadian itu. Gue bisa dapat “Amin”?

Kayanya, cukup segitu dulu aja, deh. Semoga gue tetep bisa nulis ya setiap dua minggu sekali. Doakeun.

Dan terakhir, gue jual tiket nih, buat satu orang, sih. Tujuannya ke daerah Nusa Tenggara. Harganya, bisa nego, sedikitlah dari harga normal. Maskapainya itu Garuda. Temen batal ikut ke sana.

Kalo berminat, kalian bisa email gue di benba.yogaku@gmail.com. Jika kalian bener-bener berminat, bisa kontak gue sekarang juga, biar diurus untuk penggantian namanya.

Terima kasih sudah rela menghabiskan waktunya di blog ini.  :))