Saturday, October 15, 2016

Main-main ke Pendakian Gunung Sindoro

"Ben, mau ikut ke Sindoro, ngga?" Ajakan abang gue.


***
Ketika mendapatkan ajakan seperti itu, langsung saja gue iyakan. Alasannya simpel, karena udah jarang main di kebon (red: gunung) dan emang lagi ngga ada rencana. Ya meskipun, ajakannya terjadi karena adanya peserta yang gagal ikut, sih.

Selain itu, kayanya setelah wisuda kuliah, gue belum mendaki gunung lagi. Kapan lagi ye kan bisa foto pake toga di atas gunung.

Buat yang bertanya-tanya, Sindoro itu ada dimana, mending googling dulu deh, sebelum melanjutkan ke kalimat selanjutnya. Huh.


Eh engga, deng. Bercanda.

Gue googling dulu, ye. Bentar.

Gunung Sindara, biasa disebut Sindoro ataupun Sundoro (ketinggian 3150 mdpl) merupakan sebuah gunung volcano aktif yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia, dengan Temanggung sebagai kota terdekat. Gunung Sindara terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing.

Nah, hasilnya dari Wikipedia.com, tuh. Gimana? Memuaskan?

HA HA HA HA

By the way, sekalipun gue cuma diajaki naik gunung, tapi kita mesti tetep melihat kondisi teraktual gunung itu gimana, terutama bagi gue pribadi itu ialah cuaca. Hujan, kah? Panas, kah?
Cara gue melihat kondisi itu biasanya lewat mountainforecast.com (kalo masih ada),  kadang-kadang akurat, kadang tidak. Karena semuanya ada di tangan Tuhan Yang Maha Esa. Bukan di tangan Aa Gatot atau Dimas Kanjeng.

Ke Gunung Sindoro ini kalo dari Jakarta bisa dicapai melalui Purwokerto lalu nanti biasanya ada yang menawarkan untuk mencarter minibus sampai ke Basecamp Sindoro, ataupun jika kalian hanya sendiri, bisa menaiki bis yang menuju ke Semarang dari Terminal Purwokerto, lalu berhenti di Kledung.

Ingat. Kledung. Bukan Blendung ataupun Tekdung.

Sudahlah.

Sesampai di sana, cuaca mendung dan gelap, persis seperti dugaan gue mountainforecast. Meskipun begitu, gue dan rombongan langsung mencari tempat pendaftaran dan istirahat (repacking peralatan). Iyap, sebaiknya, sebelum melakukan pendakian, kita mesti memetakan peralatan dalam rombongan, dilihat dari kekuatan tim dan lainnya. Jangan sampai memaksakan seseorang, malah nantinya membuat rombongan ngaret dan molornya jadwal pendakian.

Aslik. Sok ngerti banget ye gue. Hahaha.

Setelah beberes, kondisi malah hujan besar, dan lama, sehingga pendakian agak molor ke jam 4 sore. Deym. Bakal pendakian malam lagi ini, mah. Gue pikir.

Di saat pendakian, mau ngga mau, tetep dalam kondisi gerimis. Kita harus jalan, karena rencananya bakal melakukan pendakian ke tetangga sebelah esoknya. Ya walaupun ini cuma jadi angan-angan semata.

Sebenernya, gue pengen nulisin berapa jam untuk ngedakinya. But, karena ini pendakian lama yang baru ditulis. Jadinya gue lupa, deh. Maafkeun. Tapi dari basecamp ke Pos 3 itu, gue memakan waktu sekitar 3 jam, deh. Tanpa jeda istirahat yang banyak, ya. Sedangkan, Pos 3 ke Puncak sekitar 3 jam juga sepertinya.

Di Pos 3 ini, karena kita sudah kemaleman, kita ngga kebagian tempat buat nenda, dapet sih tapi kondisinya miring. Pas tidur, tiba-tiba kaki gue melorot ke bawah. Lalu gue merasa kedinginan. Iya, tenda yang kemarin ngga proper dibuat tidur karena kehabisan lapak. Jadilah, bangun tenda seadanya, yang penting berdiri dan menutup kita dari angin malam.


Esok paginya, kebangun karena kedinginan juga, membuat gue menjadi males meneruskan perjalanan sampai Puncak. Sekali lagi, ini bukan Puncak Mesjid At-tawun, yaa.

Ya, sebenernya karena kepalang udah bawa toga aja, sih, jadinya tetep lanjut.

Tapi sebelum melakukan pendakian ke Puncak, gue kasih beberapa foto asyik. Diambilnya cuma pake iphone 4S, kok







Akhirnya, setelah menanyakan ke beberapa rekan yang lain, dan ngga ada yang mau nerusin ke Puncak. Kami pun hanya melakukan berempat. Dimana logistik, hanya gue yang bawa. Mereka dengan asyiknya hanya bermodal tubuh sendiri. Siakek, emang. Asemik.

Dengan akal bulus yang aduhai, kalo mereka bilang haus, gue bilang nanti aja, “Puncak sudah deket.”. Kejam sih memang, lho tapi air minumnya kan gue ga minum sendirian juga. Jadinya ga begitu kejam, dong, ya? Hehe.

*ditabok*

Sampai akhirnya, ada pendaki yang kehausan, gue kasih air minumnya, lalu gue malah ditinggal sama mereka. Double asemik lagi namanya.
 

Sambil menyelam, motret dulu.

Tapi emang kondisinya yang kurang bagus, sesampai di atas, ngga ada pemandangan yang bagus, cuma ada foto studio aja. Belakangnya cuma kabut. :( Sedihlah pokoknya. Udah capek-capek berjuang, malah dikasih pemandangan yang kurang bagus. Hiks. 

Deym. Putih gini. :(

Ganteng, kan?

Tuesday, September 27, 2016

Hal-hal yang Dapat Dilakukan Di Bukit Rhema

Astaga, gue udah lama ngga nulis, ya. Lama banget ninggalin segala bentuk tulis menulis, dari tulisan puisi, galau ataupun jatuh cinta.

Eh, gue masih sering nulis review film di path, deh. Meskipun cuma difrowned aja sama men temen gue. 

Sedih, ya.
Tapi, gapapa, gue itu lelaki setrong yang masih tersisa di muka bumi ini. Bukti dari ke-setrong-an gue ini adalah SUDAH BERANI SAMA YANG NAMANYA KECOA TERBANG. Yosh!

Kali ini, gue pengen nyeritain tentang Bukit Rhema (si Gereja Ayam di AADC2) ini, yang semakin hari makin heits dan membahana. Layaknya kisah Rangga ke kamu Cinta. Sebenernya, selain liburan ke sana, gue udah menjalani liburan di lain tempat, sih. Sayangnya, kerangka ceritanya hilang. Dan jadilah gue ngga bisa nulis tentang itu. Tapi, nantilah, akan gue carikan untuk kalian.

So, here it is.

Liburan kami (gue dan rombongan) (padahal ga ada gunanya dijelasin) direncanakan akan menapak tilas AADC 2. Deeeuh, napak tilas. Gaya banget.
Padahal mah rencana udah mateng banget, tapi kadang-kadang, emang rencana Tuhan yang lebih bijaksana. 

Seperti pertemuan aku ke kamuuuuuuuuuu. Eeque-lah.

Jadi inilah Bukit Rhema

Si gagah Bukit Rhema

Hal-hal yang dapat dilakukan sambil menunggu antrian Bukit Rhema.

1.  Tidur


 Karena tidur sendiri sudah mainstream

Ini sesuatu yang sangat amat mesti dilakukan ketika berkunjung ke Bukit Rhema akhir-akhir ini. Kenapa gue bilang seperti itu? Karena ya karena, ngantrinya aja udah lama banget buat naik ke atas untuk ngikutin ngobrol ala Rangga dan Cinta. Kalau boleh saran, mah, mending ke sininya pas ngga musim liburan panjang gitu. Katanya sih lebih lama dari jatah libur panjang, yaitu lebih panjang 8 menit saja sodara-sodara!

2. Liatin cewe (insyaAllah, mata aku cuma ke kamu) (ini saran buat yang lain aja, kok)

Iya, kegiatan ini ngga wajib dilakukan, hukumnya sunnah, sih. Apalagi buat kamu yang sudah punya pacar, punya gebetan ataupun kamu yang punya gebetan tapi gebetan cuma baca pesan kamu tanpa membalasnya. Camkan!

3. Nyinyirin orang

Karena tipe-tipe masing orang yang berbeda, nyinyir itu jadi kegiatan luar biasa yang jarang dilakukan. Kecuali kamu seperti gue, yang sering kadang suka nyinyir orang yang barusan lewat depan mata sendiri.

Memang, godaan terbesar manusia adalah nyinyirin orang yang kadang suka make bajunya emang bener bener minta dikomenin banget. Contohnya : Mas-mas dengan geng cowonya, namun bercelana gemes. 

4. Makan

Kalo ngga bawa duit, ngga usah. Kalo lagi bokek, ngga usah. Kegiatan ini ngga maksa. 

5. Minum

Ini wajib, karena apapun makanannya, mesti minum.

Oh iya lupa, karena awalnya ngga makan, berarti ngga harus minum juga.

Kemudian kalian bertanya, “Si Ben mau nulis apa, sih?” Lalu gue menjawab, “Whatevalah” 

6. Ambil nomor antrian



Rame, kan?

Iya, kalo kamu mau ke Bukit Rhema, nomor antrian wajib di ambil, tapi jangan dibawa pulang. Karena kalau kamu ngga ngambil antrian, buat apa menunggu.

Gimana? Pinter kan saran gue ini?

7. Foto-foto




Kalau tertarik, bisa hubungi gue, ya. :))


Nggausah disuruh, kalian pasti bakal foto-foto, sih. Sejelek-jeleknya, gue tetep bakal foto kok.

Tapi motoin orang yang mau difoto.

8. Mending gausah naik
Gimana?
Saran teristimewa dan paling mutakhir abad ini:

YAUDAH NGGAUSAH NAIK KALAU EMANG NGGA MAU ANTRI, MAH!

Lah, kenapa gue jadi kesel sendiri gini, ya. Mungkin karena pesan gue ngga terbalas juga pas nulis ini.

Sedihlah pokoknya jadi kamu.

Kok kamu?

Kalo kamu baca ini kan, berarti kamu belum pernah ke Bukit Rhema.

Eh bener ngga sih?

Yasudah, lupakan, mungkin gue lagi khilaf. Pokoknya kalau kamu mau foto bagus, mending ke Punthuk Setumbu aja. Tapi kalau mau ngilangin hasrat, coba ke sini.