Saturday, October 24, 2015

Lebaran Malah Naik Gunung Sumbing

“Bro, gue cari tempat ngecamp dulu, ya!” Informasi dari Herdi yang masih semangat mendaki di jam 12.30 malam.

“Iya Bro.” Jawab gue dengan setengah sadar


“Weeeey Ben ada, nih!” Teriak Herdi dari kejauhan



“Weeeey…..” Teriakan Herdi kembali, yang masih tak terdengar oleh gue. Sementara gue lagi asyik ngobrol sama Jafar.
***

Sepenggal percakapan di atas adalah kisah kami bertiga di Pos Pestan ketika kami mendaki gunung Sumbing, sebuah  gunung yang terletak di Jawa Tengah, tepatnya di dekat wilayah Wonosobo.

Tepat setahun yang lalu,  gue beserta dua teman yang lain mencoba mendaki di hari yang penuh berkah ini. Mendaki di lebaran kedua hari raya.  Agak was-was sebenarnya.

Takut dikutuk jadi batu ataupun diusir dari rumah, karena pas lebaran malah naik gunung. Bayangkan aja, seharusnya di hari raya kemenangan nan fitri ini, malah bepergian atau pun mendaki gunung.

Proses mendaki ini ga gampang, dari minta izin ke orang tua, izin ke pacar (bagi yang punya), ataupun izin ke gebetan masing-masing.

Awalnya, kita melakukan pembelian tiket kereta, karena jika naik bis, gue khawatir bakalan mengalami macet di jalan.

Agak gak enak juga, sih, karena kita membeli tiket kereta mudik. Kasihan yang pada mau mudik, malah tiketnya kita ambil. :((

Mungkin, mudikers (red: para pemudik), akan menghantam kami bertiga jika tau mereka kehabisan tiket karena ada yang mau naik gunung. Mungkin juga, gue dan teman-teman dapat menjadi ‘sampah’ hujatan mereka.

Duh gue negatif aja pikirannya.

Tapi, mungkin juga….

Ah mungkin mulu.

Kami bertiga menaiki kereta Serayu Malam, karena Serayu Pagi gak kebagian. Jayus lo! Gue dalam hati, mending ketemu cewe di depan saat duduk, daripada ketemu Bapak-bapak yang sok-sok tidur di kereta.

 Tersangka
Sumber : Dokumen Pribadi

Tebakan gue bener, kami bertiga berdepan-depanan dengan ibu dan anaknya yang lagi mudik. Anaknya masih kecil, lucu gitu. Jadi kepengen punya anak. Gue berarti harus latihan dulu nih, gimana cara bikin anaknya. *lho*

Singkat kata, kami sampai di Stasiun Purwokerta pukul 07.00 pagi.

“Ben, kenapa dilewatin?”

“Bagian mana?”

“Bagian latihan bikin anaknya.” *ngasih link JAV*

Setelah, melakukan MCK. Kami berangkat ke Terminal Purwokerto. Dengan sepengetahuan tarif yang ala kadarnya, kami sukses sampai di Terminal dan ditipu mentah-mentah oleh calo bleng**k.

Ya bayangin aja, harga tiket ekonomi dijual dengan harga eksekutif. Kesel jadinya.

Ya secara gak ikhlas, kami menerima tawaran tersebut. Dan ketika naik, bener-bener kesel. Bis jadul, udah tua dan gak ada AC-nya. Di perjalanan pun, panas juga. Hiks, Hayati sebel.

Waktu perjalanan mencapai 3 jam dari Terminal Purwokerto ke Pos Pendakian Garung. Dengan pantat tepos dan hati yang kesel, kami berjalan lagi menuju pos pendaftaran. Sesampainya di sana, seperti biasa, yang ditugaskan mendaftar adalah Herdi, karena dia mempunyai latar belakang Mapala atau Apalah Aku Atuh.

Setelah mendaftar dan membaca peta, serta mendownload peta online di aplikasi Oruxmaps, kami bergegas melakukan persiapan. Persiapan air dengan derigen 5 liter pun sudah siap. Kemudian persiapan masing-masing, ada yang nelepon pacar ataupun selingkuhan. Karena saat itu, gue gak punya pacar, gue nelepon operator seluler.

 Orang ganteng sok sok baca peta dan peraturan
Sumber : Dokumen Pribadi


 
Mading Pendakian
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kami melakukan perjalanan pukul 5 sore. Sebenarnya, gue gak biasa mendaki malam, tetapi karena kami semua adalah pekerja buruh, yang dikejar waktu cuti, mau gak mau pendakian malam dilakukan. Kami tau konsekuensinya, dengan kami bertiga yang tidak mempunyai pengalaman di gunung ini, mungkin kami bakal nenda di jalan.

Untunglah, Oruxmaps, aplikasi GPS dan peta yang gue dapat dari thread di Kaskus OANC, membuat kita merasa aman. Ditambah di saat pendaftaran, kami mendapatkan peta kertas dari Ranger di bawah.

Di pos pendakian pertama, Jafar dengan tas barunya, mengeluh kesakitan. Karena letak torso yang gak sinkron dengan tulang belakang, jadilah ia menjadi-jadi, ditambah dengan dia membawa tenda.
Ya mau gimana lagi, yang tadinya gue mau jalan nyantai dengan tas yang ringan, kebagian tenda di Pos Pendakian Kedua. Jafar telah sangat kesakitan. Dia lebay ya ternyata, gak nyangka.

Tur Atur
Sumber : Dokumen Pribadi

Dan di saat gue bawa tenda dan air yang lumayan banyak, serta nesting di backpack, “Anjrit berat banget” dalam hati. Akhirnya kami melakukan perjalanan kembali dengan penggantian isi tas tersebut. Biasanya, gue selalu minta duluan pas naik, tapi kali ini, sebaiknya tetep bareng-bareng, karena sudah malam dan di situasi bahwa kami bertiga belum pernah mendaki gunung ini.

Semua pendakian berjalan normal sebelum mencapai Pos Pestan. Sesampainya di sana, lapak buat nenda menipis, karena saking banyaknya pendaki yang sudah ada di sana sejak sore.
Karena gue dan Jafar sudah kelelahan, jadilah pemimpin kita, Herdi, si penakluk wanita, yang mencari lapak yang dapat kami bangun tenda di atasnya.

“Bro, gue cari tempat ngecamp dulu, ya!”Informasi dari Herdi yang masih semangat mendaki di jam 12.30 malam.

“Iya Bro.” Jawab gue dengan setengah sadar

“Weeeey Ben ada, nih!” Teriak Herdi dari kejauhan

“Weeeey…..” Teriakan Herdi kembali, yang masih tak terdengar oleh gue. Sementara gue lagi asyik ngobrol sama Jafar.

Entah apa yang gue obrolkan dengan Jafar malam itu. Kemungkinan, si Jafar nanya Herdi dimana. Sebenarnya gue juga lupa apa yang diperbincangkan di sana, karena kebanyakan nanjak bareng dan curhat apapun. 

Pantat semok gue
Sumber : Dokumen Pribadi


Tiba-tiba Herdi datang dan ngomel-ngomel, “Eh sempak, gue panggilin daritadi, malah asyik ngobrol, kedinginan ini gue”. Dalam hati, gue bilang “Sama gue juga, Kampret.”. Apalagi hati yang sudah beku ini. Hiks.

Di malam itu, kami kedinginan saat mendirikan tenda, dan Jafar sedang kelelahan dan kesakitan. Setelah kami beberes dan makan malam (red: dini hari), Jafar muntah di tenda. Dan gue, dengan tatapan “Anjrit, lo ngapa muntah di tenda, sih”.

Ya untung aja, bukan matras gue yang kena, melainkan matrasnya Herdi.

Hahahaha. *tertawa berak*
*bersambung ke post selanjutnya*

7 comments:

  1. Halo Ben! Gue lagi di samping lo nih waktu nulis komen! Muahahaha. Eh itu apaan sih Oruxmaps? Bedanya sama gps standar apa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Adi!
      Gak nyangka bisa kenalan sama blogger yang kerjaannya cuma guling-guling di Blogger Camp!

      Oruxmaps itu? Hmm, bakal gue posting selanjutnya, ya. Jangan kemana-mana, kak! Hahaha

      Delete
    2. Taeeee (((blogger yang kerjanya guling-gulingan)))

      Kelakuan minus si, Adi jangan ditiru, Ben.

      Eh sempak, gue panggilin daritadi, malah asyik ngobrol, kedinginan ini gue”. Dalam hati, gue bilang “Sama gue juga, Kampret.”. Apalagi hati yang sudah beku ini. Hiks.

      Ini postingan kayanya rada-rada tjurhat yaa. *fukfukkkk*

      Anak gunung banget gak sihhh, lebaran-lebaran bukannya sungkeman tapi malah naik guning. :))

      Delete
    3. Lho ini juga yang kemarin ya?
      Yang motoin Adi buat guling-guling?

      Dipanggilnya apa Ucup bukan, sih?

      Heehehehe.

      Delete
    4. Yoi, Ben. Gue Ucup *salim lagi*

      Delete
  2. Wah.. wah.. bang Ben dan bang Ai masih suka kelayapan bareng di gunung toh.. haha

    ReplyDelete
  3. :( kasian itu temennya muntah karena sakit :( untung nggak hamil, ya.

    ReplyDelete