Tuesday, June 30, 2015

Ngobrol Seru Bareng Boy Thohir

Beberapa waktu lalu, gue punya kesempatan berbincang-bincang, dong, sama seorang Presiden Direktur sebuah grup perusahaan. Orangnya baik, ga neko-neko dan sayang keluarga banget, deh, pokoknya.

*jadi ngebayangin punya Bapak seperti beliau*  

 Oh iya, namanya Pak Boy Thohir. Hmm, namanya aslinya sih, Garibaldi Thohir. Pria kelahiran, 1 Mei 1965 ini, adalah seorang Presiden Direktur dari sebuah grup bernama Adaro Energy. Kalian pasti pada mikir, siapa sih beliau ini? Kok namanya kaya yang punya Inter Milan ntu.


Dan yaps, beliau adalah kakak kandung dari Pak Erick Thohir, si pemilik klub Liga Italia tersebut. Dengan kata lain, beliau juga anak dari Teddy Thohir, dong, ya? Benar atau tidak? Tul atau engga?. Gak tau Pak Teddy Thohir juga? Itu lho salah satu pemilik PT. Astra International.

Sepak terjang Pak Boy gak kalah hebatnya dari adik maupun ayahnya. Pada awal karirnya, beliau bergabung dalam Astra, perusahaan yang notabene milik ayahnya. Setelah dikiranya cukup belajar, beliau beberapa kali membuat bisnis, ada yang properti, keuangan dan lain-lain. Namun titik balik kesuksesannya, berawal dengan pembelian saham Adaro Energy dari New Hope, perusahaan batu bara yang berasal dari Australia. Beliau dan rekan-rekannya akhirnya sukses membawa Adaro Energy menjadi produsen batu bara terbesar kelima di dunia.

Gokils gak?

Cukup ceritanya mengenai perusahaan beliau ini. Gak ada habisnya, deh. Pengen juga sukses seperti beliau. Nah, pada waktu lalu, gue sempet menghadiri Buka Puasa Bersama Adaro Group ini di kawasan GOR Soemantri, Kuningan.



Acara ini disambut antusias sama karyawan-karyawati dari Adaro Group ini, maupun peserta bukber lainnya. Dengan judul acara “Buka Puasa Bersama 1000 Anak Yatim”. Acara buka puasa bersama tersebut diadakan setiap tahunnya oleh perusahaan ini.

“Tahun kemarin, kita ngundang Cherrybelle, kemudian sebelumnya Coboy Junior, tapi buat tahun ini, gak usahlah kita ngundang yang begituan, cari tema yang beda” Kata Pak Boy sambil menirukan instruksinya saat itu kepada karyawannya.

Beruntung gue bisa ngobrol sama Bapak tiga orang anak ini. Banyak banget ilmu yang bisa diambil dari beliau, tapi ini ada beberapa poin penting yang gue dapet tarik kesimpulannya.

 Duh, Pak Boy dikelilingi sama ibu-ibu
Sumber : Dokumentasi Pribadi

"Reputasi itu gak bisa dibeli, tapi dibangun." (Boy Thohir, PresDir PT Adaro Energy)

Menurut gue, bener banget perkataan beliau, walaupun Pak Boy yang bisa mampu beli segalanya. Kepercayaan dari klien itu tetep aja ga bisa dibeli, melainkan didapat atau dibangun.

Sama aja kaya twitter, walaupun kalian beli followers sampe 1 juta pun, kalo isinya twit kalian begitu aja, mana ada klien-klien (twitterians) yang mau klik tombol follow di laman twitter lu.

"Mengurus perusahaan sama aja kaya mengurus anak, perlahan-lahan tumbuh." (Boy Thohir, PresDir PT Adaro Energy)

Duh bener banget. Gak ada yang instan, bisa aja sukses cepat, tapi hilangnya juga cepat. Pantesan beberapa waktu lalu, ada beberapa perusahaan yang langsung sukses, namun hilangnya juga cepat.

Sebenarnya, sama kayak kita ngurus blog, sih. Blog gak ada yang bisa langsung sukses, perlahan tapi pasti. Beberapa teman blogger, yang awalnya emang cuma ngeblog, eh tapi jadi blogger terkenal gitu. Kan jadi iri :(.

Memang, perkataan beliau membuat gue tertohok. Impian gue yaitu memeiliki bisnis yang sukses, tapi masih kepikiran “Gimana sih biar bisnis bisa makin besar dan semakin besar?”. Dan iya, langsung kejawab pas ngobrol sama beliau.

"Resiko seorang wanita adalah saat mencari pasangan, tetapi resiko pria adalah saat menentukan siapa yang pantas untuk menjadi ibu dari anak-anaknya nanti." (BoyThohir, PresDir PT Adaro Energy)

Dan, gue sempet mikir “Anjrit bener banget.”. Siapa sih yang kepikiran gitu, gue, sebagai seorang pria, paling cuma mikirin siapa jodoh gue nanti, gimana cari wanita yang cantik dan cocok banget buat dijadiin istri. Sama sekali, pikiran gue belum sampai sana, sih. Untung aja, gue belum disuruh nikah sekarang-sekarang ini, kalo iya mah, bisa pusing tujuh keliling.

Nah, di atas itu poin-poin yang menurut gue sangat penting. Dan akhirnya gue bisa ngobrol sama seorang Presiden Direktur. Aaaak. Terakhir nih, beliau sempat kelimpungan saat tau anak-anaknya bakal melanjutkan pendidikan di luar negeri, lho. Kebayang kan, gimana orangnya? Sayang keluarga banget, kan?

Keseruan ngobrol bareng Pak Boy
Sumber : Widya Darma

Pak Boy Thohir, terima kasih atas masukan-masukannya beberapa waktu lalu.

Sunday, June 28, 2015

Melepas Penat di Pulau Tunda

Heyho…letsgoooo *mirip-miripin sama Ruben*

Astagfirullah 

“Pulau pulau apa yang latepost banget?” 

“Pulau Delaaaay!!” 

“Lo kira pesawaaat apaaa?” 

“Terus apa dong kaka?”

“Pulau Tundaaaaa!!!”

“Ya sama ajaaaaaaaaa!!”

*kemudian berantem*

Beberapa orang akan mencoba snorkling di Kepulauan Seribu, kan? Tetapi orang keren kaya gue, gak seperti itu. It’s so mainstream, you knowww??

Hahahaha. *ketawa ala pangeran charles jr*

By the way, eniwei, dan telmiway,  sebelumnya, gue belom pernah tuh namanya jalan-jalan ke Pulau. Dalam otak gue selalu ada pikiran, nikmatin apa kalo liburan di pulau-pulau gitu. Kayanya gak seru-seru amat, deh. Paling cuma foto pantai, karang, sunset dan kenangan kita.

Karena gue penasaran, dan setelah gue pikir-pikir, ternyata liburan gue ke pulau itu cuma Anyeer dan Carita serta Bali. Anjrit, sebagai anak traveler yang ganteng seantero jagat raya. Gue pun merasa gagal.

*nyari pundak* *pundak cewek cantik*

Ke Pulau Tunda mah gampang, nyari akomodasinya yang susah. Jadi karena gue jarang berliburan ke pantai, gue serahkan kepada ahlinya. Hehe. Liburan ini liburan bareng anak-anak FDC. Tau kan FDC itu apa? Itu lho komunitas yang katanya suka ngomongin orang anaknya ganteng dan cantik juga. Eh, cuma satu orang deh ceweknya itu.

Temen-temen gue, banyak yang bawa pacar, mantan dan mantan gebetan juga ada. Nah gue, miris kali, kakak! Sendiri dan sendiri lagi. *lalu Kunto Aji muncul sambil bawa gitar dan nyanyi*

Sudah! Sudah! Sudah! Jangan ngeledekin gue!

Gue itu sendirian karena lagi pengen nyari jati diri kayak Sasuke. Tau Sasuke, kan? Yang rambutnya kaya vokalis Kangen Band itu.  Tapi kehebatannya luar biasa, lhooo.

Rombongan kita berangkat ke Pulau Tunda itu  saat hari Jumat, 19 Desember 2014. Yang gue tau dari grup ini kebiasaan ngaretnya, jadi tau kan? Berangkatnya malah Sabtu dini hari jam 1-an. Dengan jarak tempuh yang lumayan, kami sampai di pelabuhan sekitar Adzan Subuh.

Dan, sebagai rombongan yang taat beribadah,maka dilanjutkan dulu dengan sholat dong. Setelah itu, kami menaiki perahu kayu untuk perjalanan sekitar 2-3 jam. Jadi, kami melihat sunrise di Alfamart perahu, dong.

 
 Kan, banyak ceweknya, kan :(

Ternyata, liburan di pulau, enak yah. Sesampai di sana, disambut sama keluarga pemilik homestay, disuruh makan dan beberes. Beda sama kaya naik gunung, makan-makan aja harus masak sendiri, mandi juga sendiri. Lho iya, mandi mah emang sendiri, kalo berdua namanya dimandiin. Hehe

Pulau Tunda terletak di daerah Banten, dekat banget sama deretan kepulauan di sekitar anak Krakatau. Diketahui dari zamanprasejarah, mempunyai keindahan alam laut yang lumayaaan ajib. Dan gausah serius-serius banget sejarahnya. Hehe.

Kegiatan kita di sana keren, euy. Namanya Double SM. Singkatan dari Snorking Makan Snorkling Makan. Seharusnya, berhubung dengan kegiatan snorkling, mesti diwajibkan memberikan foto bawah laut, tapi maaf ya, kameranya pada saat itu belum mendukung. Maafkeun.




Using friend's camera
Pulau ini cocok banget buat orang-orang yang kurang piknik kaya gue. Orang yang butuh liburan dan keindahan alam serta observe cara kehidupan orang di Banten.

Gue bisa snorkling, weeeey!!!

Oh iya, rombongan kami ini diguide oleh Mas Anshor, lelaki pribumi Pulau Tunda. Jadi, ladies, kalo mau lelaki pribumi yang pinter nyelam dan nge-guide, pilihlah Mas Anshor. Diyakini, gak akan gak menyesal.


Sekali lagi, cobalah ke Pulau Tunda. Tapi tetep, jangan nyampaaaah, yaa.


Sunday, May 31, 2015

Gunung Ciremai/Cereme : Atap Bumi Priangan

Halo! Kepikiran gue, nggak? Gue kepikiran terus niiiih….. 

…. sama blog. Sama kalian juga, deh.
 
Kalian tau dimana itu atap tertinggi bumi priangan? Gue, sih, …. awalnya gatau, sampai-sampai pas baca plang pendakian pagi itu. Selamat datang di basecamp atap bumi priangan. Gils, banget!

Priangan, coy. Tapi kok gue kepikirannya, priangan itu cuma Bandung, ya? Tipis banget ilmu geografis gue, hehe. *kunyah diri sendiri

Tapi, ngomongin soal Bandung, gue masih penasaran, lho.

……sama ceweknya.  *ditendang khalayak ramai
 
***
Sore itu, dimulai dari obrolan grup Whatsapp, gue mengajak temen-temen buat mendaki gunung. Karena lagi saking bosennya sama kerjaan. Resign aja apa? *ditoyor pacar *eh tapi ga punya pacar 

“Eh, naik gunung, yuk!”

“Ayo, kemana?” Putra membalas pesan gue di grup.

“Ciremai aja, yuk!” Tanggap temen gue yang lain, Herdi.

Waduh, Ciremai lagi, batin gue. Yang belum tau, Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3078 mdpl. Perlu diketahui juga, bahwa Ciremai terkenal angkernya setelah Salak (bukan buah, ya, tapi gunung).

Menurut informasi Wikipedia yang gue baca, sih, ya gitu deeeh. Search aja di wikipedia 
*semoga ilmu gue membantu, ya

*kemudian diinjek massa

*gue menangis seadanya

Ngambil waktu di longweekend-an kemarin, pas pertengahan Mei 2015 ini, yang ada libur keagamaan Kristen dan Muslim. Pasti yang libur keagamaan Muslim, kalian ga tau, deeh. Kalo gak tau mah, kebangeeeeeetan samanya kaya gue. Duh, aku kotor :(((

Gunung ini memliki empat pintu masuk, yaitu Linggajati, Linggasana, Apuy dan Palutungan. The longest track is Palutungan, the hardest one is Linggajati. Gak lagi-lagi deh lewat Linggajati. Dahsyatnya! Bukan main.

Ke gunung ini, butuh perbekalan yang banyak. Terutama air, karena kalau ga ada air, gak bakal ada Aqua. Duh, jayus banget aku mah. Iya, emang bener, sumber air cuma ada di Cibunar dan Pos 2, karena gue melewati jalur Linggajati.

Kalo ngomongin soal pendakian gunung di daerah Jawa Barat, ya gitu deh. Penuh tanah, penuh pohon, dan jarang pemandangan langit di jalur. Satu-satunya pemandangan yang sering gue liat adalah pohon pinus, pisang dan lain-lain gitu deeeeh.

Tapi-tapi, kalian harus nyobain yang namanya Tanjakan Bapak Tere. Jangan cuma ke tanjakan flyover aja, terus lanjut pacaran. Cemen itu mah. Sekali-kali ke sini, dong. Naik bareng sama akuuuuh!!!

Di tengah perjalanan, ada temen yang baru pertama kali naik, ngeluhnya keram mulu. Dikit-dikit istirahat, udah mau gue ajak pulang aja itu, ga tegaan soalnya gue, mah. Untung ada Herdi, yang jago ngomel.

Dan kesimpulannya, barang-barangnya dibagi-bagi. Ah, emang asem sih, lagi-lagi jadi porter makanan sama air lagi, sebel!

Pinces sedih :((((

Seperti biasa, pendakian ini dilakukan cuma bertiga dan gak lebih, kita ngecamp di Batu Lingga jadinya. Karena permasalahan yang tadi, kita berjalan 12 jam lebih perjalanan sampai di Batu Lingga. Padahal di itinerary dijadwalin jam 6 sore udah sampai Pengasinan buat ngecamp. Duh, rencana emang cuma rencana, Tuhan yang menentukan.

Akibatnya, kita harus bangun jam 4 pagi, cuma untuk beres-beres tenda dan melanjuti perjalanan ke puncak Ciremai. Pada awalnya, kita merencanakan untuk melewati Palutungan saat pulang.


Oh iya, sebagai informasi, jangan coba ngelintas kalau belum paham medan. Di bagian pendaftaran Linggajati, bakal dilarang buat ngelintas, kok. Tapi tenang, gue ngelintas, bukan berarti rombongan gue menjadi ilegal, ya.

Temen gue udah membujuk untuk memberikan izin buat ngelintas lewat Palutungan.

Perjalanan dari Batu Lingga ke Puncak hampir memakan waktu 2-3 jam perjalanan. Dan akhirnya, membuat kita sampai puncak jam 9 pagi. Namanya bukan nyari sunrise lagi, malah di atas udah jadi kaya tempat foto studio. Putih semua karena kabut. Untung aja, ga ada abang-abang fotografer yang menyediakan layanan foto langsung cetak, kaya yang di Monas itu.

Waktu pulang melewati jalur Palutungan, wuih, banyak spot-spot yang harus dimasukkin ke laman Instagram gue, dong. Keren-keren gilaaaaaa!!! Gak nyesel gue pas pulang ngelewatin jalur ini.

Kepengen, kan?

Perjalanan ke gunung Ciremai ini, makin membuat hal-hal sensitif buat gue terasah. Terutama yang berhubungan dengan alam ghaib. Pas pertama naik, gue udah diikutin lebah/tawon malem-malem. Dan karena gue juga sebagai pendaki di jalur depan rombongan ini, sering banget gue dikasih liat siluet-siluet kunti, pocong dan lain-lainnya. 

Untung aja, ga sampai dilihatin beneran, sih. Bisa nangis kali, nantinya. Hal ini gak gue ceritain sampai perjalanan  turun.

Dan iya, bener lagi, pas turun di Pos 2 menuju Basecamp Palutungan, gue yang bergantian sama temen, yang ada di barisan belakang, dan temen sudah ngeluh minta istirahat, gue semacem diikutin sama bayangan hitam di sebelah kanan.

*Anjrit merinding gue nulisnya

*Ampunnnn!!!

Gue sampai ngomelin temen ini buat jalan terus, ya mau gimana, kita lagi di hutan dan saat itu lagi Maghrib. Masa iya, gue harus ngerest sampai beneran dikasih liat. Keluar udah itu kata-kata mujarab gue pas ngomel. Mau ga mau, gue di barisan belakang terus, deh. Sebelah kanan berasa gak aman, harus ngelewatin sungai.

Beuuuh, gue terusan minta ngebut. Temen udah pada sakit, gue bilang “Jalaaaaaaan teruuuuus, gak ada yang namanya berhenti. Lu pada sakit, gue juga sakit. Gausah dimanjain!. Kita sama-sama ngelewatin jalur yang sama dengan bobot yang sama.”

Tapi bener deh, walaupun naik ke sana tantangannya berat banget, namun, pas di atas, gue gak bisa mengungkapkan kata-kata. AWESOMEEEEEE pake BANGEEEEEEEET!!!

 Kota Kuningan dari kejauhan

***
 Jangan meninggalkan pesan spidol, ya. Nulisnya di kertas aja (tapi dibawa pulang) dan di tangan aja (kaya gue). Jangan seperti di bawah ini.


Thursday, February 12, 2015

Guntur Episode Dua : Badai Menghadang

Melanjutkan kisah sebelumnya, mengenai pendakian guntur beberapa waktu lalu yang sempat tertunda.

Jadi, setelah pendakian sampai dengan Batu Besar. Gerimis itu menjadi hujan besar disertai angin. Kencang. Berburu dengan waktu. Kami serentak mengenakan jas hujan dan beberapa menggunakan payung. Gue, bergidik ngeri kalo ada yang menggunakan payung di sana, sudah hujan angin, kemudian tiba-tiba Thor memukul palunya dengan sangat keras.

Anginnya gede banget bro, hampir aja gue terbawa hingga entah dimana. Tetapi dengan tekad yang membara, kami melanjutkan perjalanan hingga ke puncak 2 Gunung Guntur, yang pada saat itu mengeluarkan hawa panas sehingga membuat hangat badan dan juga daleman hati gue. Gue berfikir, mana mungkin ada hawa panas yang datang kalo lagi gak nga….dem. Tapi daripada gue berfikir sendiri, mending gue nikmatin hawa panas yang baru saja datang kepada rombongan ini. 

 Enjoying cold and warm in the same time

Tertunda beberapa lama di Puncak 2, sedangkan ketua rombongan sedang pergi mencari tempat berkemah. Dan gue serta Rizki malah mau bangun tenda di atas puncak tersebut. Entah kenapa, gue malah nurut sama rencana pembangunan tenda itu. Mungkin, gue sudah terhipnotis dengan ide cemerlangnya Rizki atau mungkin memang sudah gak ada harapan buat gue untuk melanjutkan perjalanan. Sedih.

Sore itu, tempat camp menjadi masalah yang kompleks untuk rombongan kami. Sekompleks kisah cinta gue. End.

Gausah dibahas lagi. Pahit.

Beberapa teman tidak setuju dengan ide kami berdua, mereka menyatakan kami ‘gila’ sesaat. Haha.  Sebelum terjadi debat antar anggota, akhirnya ketua rombongan kembali datang. Gue dengan harap cemas, tangan gemetaran, kaki tremor, hati bergidik. Oke stop, gue lagi gak nembak cewek.

Ketua rombongan berkata, “Di depan udah ga ada tempat camp, balik lagi aja ke bawah”.
Jadi rombongan kami akhirnya kembali ke lembah antara Puncak 1 dan 2, berharap ada tempat camp yang cihuy dan yahud. Kami bergiliran untuk menuruni puncak, ada yang lari, ada yang jalan, ada juga yang jatuh. Semuanya mencari hingga berebut untuk mencapai tempat yang dinanti. Tempat membangun tenda. Tempat peristirahatan.

Lokasinya sih, oke. Lumayan lagi. Di bawah Puncak 2, namun di atas Puncak 1. Tapi, tenang bukan Woman on Top. Hujan saat itu telah membuyarkan konsentrasi semua orang. Semuanya berlomba untuk membangun tenda lebih dulu, mencari sebuah kehangatan. Kehangatan obrolan malam setiap para pendaki.

Obrolan malam pendaki selalu gue nanti, selalu gue inginkan di setiap pendakian. Mungkin, obrolan itu yang selalu buat gue kangen mendaki. Obrolan hangat di dinginnya malam gunung. Tak ada lagi paradoks di diri gue.

Tapi apa daya, ternyata struktur tanahnya itu batu. Susah banget buat masukkin pasak ke tanah. Banyak pasak yang penyok, akibat proses paksa masuk. Memang, kata teman, yang dipaksain masuk itu gak nyaman. Tapi, bener ga sih? *mikir*

“Ben, ayo bantu bangunin tendanya” Jafar berteriak.

“Iiiiya.” Gue selagi bengong karena kedinginan.

Jafar ngomel-ngomel, gue cuma bantuin masukin pasak 3 biji.

Setelah itu, gue menahan dingin lagi di antara hati yang dingin daleman yang basah. Stress. Ga ada gunanya banget ya gue. Sedih juga ga ada gunanya gini. Seketika itu juga, gue langsung mikir. Tapi karena kelamaan mikir, eh tendanya malah udah jadi. Memang sudah keberuntungan gue, eh itu sebuah keberuntungan atau bukan, ya. Hahaha
Tenda yang sudah jadi, Muehehe.

Karena tenda sudah jadi, mari kita bobo.