“Bro, gue cari tempat
ngecamp dulu, ya!” Informasi dari Herdi yang masih semangat mendaki di jam 12.30
malam.
“Iya Bro.” Jawab gue dengan setengah sadar
“Iya Bro.” Jawab gue dengan setengah sadar
“Weeeey Ben ada,
nih!” Teriak Herdi dari kejauhan
“Weeeey…..” Teriakan
Herdi kembali, yang masih tak terdengar oleh gue. Sementara gue lagi asyik
ngobrol sama Jafar.
***
Sepenggal percakapan
di atas adalah kisah kami bertiga di Pos Pestan ketika kami mendaki gunung
Sumbing, sebuah gunung yang terletak di
Jawa Tengah, tepatnya di dekat wilayah Wonosobo.
Tepat setahun yang
lalu, gue beserta dua teman yang lain
mencoba mendaki di hari yang penuh berkah ini. Mendaki di lebaran kedua hari
raya. Agak was-was sebenarnya.
Takut dikutuk jadi
batu ataupun diusir dari rumah, karena pas lebaran malah naik gunung. Bayangkan
aja, seharusnya di hari raya kemenangan nan fitri ini, malah bepergian atau pun
mendaki gunung.
Proses mendaki ini ga
gampang, dari minta izin ke orang tua, izin ke pacar (bagi yang punya), ataupun
izin ke gebetan masing-masing.
Awalnya, kita
melakukan pembelian tiket kereta, karena jika naik bis, gue khawatir bakalan
mengalami macet di jalan.
Agak gak enak juga,
sih, karena kita membeli tiket kereta mudik. Kasihan yang pada mau mudik, malah
tiketnya kita ambil. :((
Mungkin,
mudikers (red: para pemudik), akan menghantam kami bertiga jika tau mereka
kehabisan tiket karena ada yang mau naik gunung. Mungkin juga, gue dan
teman-teman dapat menjadi ‘sampah’ hujatan mereka.
Duh gue negatif aja
pikirannya.
Tapi, mungkin juga….
Ah mungkin mulu.
Kami bertiga menaiki
kereta Serayu Malam, karena Serayu Pagi gak kebagian. Jayus lo! Gue dalam hati,
mending ketemu cewe di depan saat duduk, daripada ketemu Bapak-bapak yang
sok-sok tidur di kereta.
Tersangka
Sumber : Dokumen Pribadi
Tebakan gue bener,
kami bertiga berdepan-depanan dengan ibu dan anaknya yang lagi mudik. Anaknya
masih kecil, lucu gitu. Jadi kepengen punya anak. Gue berarti harus latihan
dulu nih, gimana cara bikin anaknya. *lho*
Singkat kata, kami sampai di Stasiun
Purwokerta pukul 07.00 pagi.
“Ben, kenapa
dilewatin?”
“Bagian mana?”
“Bagian latihan bikin
anaknya.” *ngasih link JAV*
Setelah, melakukan
MCK. Kami berangkat ke Terminal Purwokerto. Dengan sepengetahuan tarif yang ala
kadarnya, kami sukses sampai di Terminal dan ditipu mentah-mentah oleh calo
bleng**k.
Ya bayangin aja,
harga tiket ekonomi dijual dengan harga eksekutif. Kesel jadinya.
Ya secara gak ikhlas,
kami menerima tawaran tersebut. Dan ketika naik, bener-bener kesel. Bis jadul,
udah tua dan gak ada AC-nya. Di perjalanan pun, panas juga. Hiks, Hayati sebel.
Waktu perjalanan
mencapai 3 jam dari Terminal Purwokerto ke Pos Pendakian Garung. Dengan pantat
tepos dan hati yang kesel, kami berjalan lagi menuju pos pendaftaran.
Sesampainya di sana, seperti biasa, yang ditugaskan mendaftar adalah Herdi,
karena dia mempunyai latar belakang Mapala atau Apalah Aku Atuh.
Setelah mendaftar dan
membaca peta, serta mendownload peta online di aplikasi Oruxmaps, kami bergegas
melakukan persiapan. Persiapan air dengan derigen 5 liter pun sudah siap.
Kemudian persiapan masing-masing, ada yang nelepon pacar ataupun selingkuhan. Karena
saat itu, gue gak punya pacar, gue nelepon operator seluler.
Orang ganteng sok sok baca peta dan peraturan
Sumber : Dokumen Pribadi
Mading Pendakian
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Kami melakukan
perjalanan pukul 5 sore. Sebenarnya, gue gak biasa mendaki malam, tetapi karena
kami semua adalah pekerja buruh, yang dikejar waktu cuti, mau gak mau pendakian
malam dilakukan. Kami tau konsekuensinya, dengan kami bertiga yang tidak
mempunyai pengalaman di gunung ini, mungkin kami bakal nenda di jalan.
Untunglah, Oruxmaps, aplikasi
GPS dan peta yang gue dapat dari thread di Kaskus OANC, membuat kita merasa
aman. Ditambah di saat pendaftaran, kami mendapatkan peta kertas dari Ranger di
bawah.
Di pos pendakian
pertama, Jafar dengan tas barunya, mengeluh kesakitan. Karena letak torso yang
gak sinkron dengan tulang belakang, jadilah ia menjadi-jadi, ditambah dengan dia
membawa tenda.
Ya mau gimana lagi,
yang tadinya gue mau jalan nyantai dengan tas yang ringan, kebagian tenda di
Pos Pendakian Kedua. Jafar telah sangat kesakitan. Dia lebay ya ternyata, gak
nyangka.
Tur Atur
Sumber : Dokumen Pribadi
Dan di saat gue bawa
tenda dan air yang lumayan banyak, serta nesting di backpack, “Anjrit berat banget” dalam hati. Akhirnya kami melakukan
perjalanan kembali dengan penggantian isi tas tersebut. Biasanya, gue selalu
minta duluan pas naik, tapi kali ini, sebaiknya tetep bareng-bareng, karena
sudah malam dan di situasi bahwa kami bertiga belum pernah mendaki gunung ini.
Semua pendakian
berjalan normal sebelum mencapai Pos Pestan. Sesampainya di sana, lapak buat
nenda menipis, karena saking banyaknya pendaki yang sudah ada di sana sejak
sore.
Karena gue dan Jafar
sudah kelelahan, jadilah pemimpin kita, Herdi, si penakluk wanita, yang mencari
lapak yang dapat kami bangun tenda di atasnya.
“Bro, gue cari tempat
ngecamp dulu, ya!”Informasi dari Herdi yang masih semangat mendaki di jam 12.30
malam.
“Iya Bro.” Jawab gue
dengan setengah sadar
“Weeeey Ben ada,
nih!” Teriak Herdi dari kejauhan
“Weeeey…..” Teriakan
Herdi kembali, yang masih tak terdengar oleh gue. Sementara gue lagi asyik
ngobrol sama Jafar.
Entah apa yang gue
obrolkan dengan Jafar malam itu. Kemungkinan, si Jafar nanya Herdi dimana.
Sebenarnya gue juga lupa apa yang diperbincangkan di sana, karena kebanyakan
nanjak bareng dan curhat apapun.
Pantat semok gue
Sumber : Dokumen Pribadi
Tiba-tiba Herdi datang
dan ngomel-ngomel, “Eh sempak, gue panggilin daritadi, malah asyik ngobrol,
kedinginan ini gue”. Dalam hati, gue bilang “Sama gue juga, Kampret.”. Apalagi hati yang sudah beku ini. Hiks.
Di malam itu, kami
kedinginan saat mendirikan tenda, dan Jafar sedang kelelahan dan kesakitan.
Setelah kami beberes dan makan malam (red: dini hari), Jafar muntah di tenda.
Dan gue, dengan tatapan “Anjrit, lo ngapa muntah di tenda, sih”.
Ya untung aja, bukan
matras gue yang kena, melainkan matrasnya Herdi.
Hahahaha. *tertawa
berak*
*bersambung ke post
selanjutnya*
Halo Ben! Gue lagi di samping lo nih waktu nulis komen! Muahahaha. Eh itu apaan sih Oruxmaps? Bedanya sama gps standar apa?
ReplyDeleteHalo Adi!
DeleteGak nyangka bisa kenalan sama blogger yang kerjaannya cuma guling-guling di Blogger Camp!
Oruxmaps itu? Hmm, bakal gue posting selanjutnya, ya. Jangan kemana-mana, kak! Hahaha
Taeeee (((blogger yang kerjanya guling-gulingan)))
DeleteKelakuan minus si, Adi jangan ditiru, Ben.
Eh sempak, gue panggilin daritadi, malah asyik ngobrol, kedinginan ini gue”. Dalam hati, gue bilang “Sama gue juga, Kampret.”. Apalagi hati yang sudah beku ini. Hiks.
Ini postingan kayanya rada-rada tjurhat yaa. *fukfukkkk*
Anak gunung banget gak sihhh, lebaran-lebaran bukannya sungkeman tapi malah naik guning. :))
Lho ini juga yang kemarin ya?
DeleteYang motoin Adi buat guling-guling?
Dipanggilnya apa Ucup bukan, sih?
Heehehehe.
Yoi, Ben. Gue Ucup *salim lagi*
DeleteWah.. wah.. bang Ben dan bang Ai masih suka kelayapan bareng di gunung toh.. haha
ReplyDelete:( kasian itu temennya muntah karena sakit :( untung nggak hamil, ya.
ReplyDelete