Mendaki itu adalah aktifitas yang
kayaknya keliatan asik banget kalo dilihat dari tipi ataupun film-film
dokumenter para petualang. Which is, dari scene-scene yang mereka tampilkan,
bisa buat kita bilang begini, “Anjir, enak banget kayanya naik gunung itu.
Bulan depan naiklah.”
Gak terkecuali gue, misal ngeliat
temen baru turun dari Semeru, Argopuro dan gunung lainnya, gue selalu bilang, “Anjir,
keren!! Besok ke sana ah, gue.”. Walaupun seringkali kata ‘besok ke sana, ah’
adalah kata-kata pemberi harapan yang mujarab, sih.
Hasilnya, seringkali gagal naik.
Cedih ati incess.
Scene begini nih yang bikin kepengen
Sumber : Sini
Nah, nih gaes, mendaki itu juga
perlu persiapan, perlu tenaga dan perlu pacar teman jalan. Mendaki gak
gampang, tapi selalu ngangenin. Mendaki berbekaskan luka, tapi pengalamannya
yang bikin bahagia.
Dari kegiatan-kegiatan mendaki
amatur yang telah gue lakukan, ini beberapa tips yang mungkin bakal gue
bagikan, tapi ingat, tips ini disadur dari pria yang gagal dapetin cewek.
1.
Niat
Ini hal yang sangat-sangat-duper-super penting, lho. Iya, NIAT. Misalkan, mau pergi naik gunung, janganlah sekalipun punya niatan ke mall. Karena gunung dan mall adalah dua hal yang berbeda.
Meskipun, mall itu lebih dingin daripada gunung. Dan juga mall kadang-kadang bikin gue nyasar (2 hal kedinginan dan nyasar di mall adalah sebuah rahasia pribadi si penulis, mohon jangan diumbar-umbar, please?). Niat untuk naik gunung dan nyampe puncak bahkan bisa menjadi semangat di saat kaki dan tubuh kita udah berhenti berjuang, lho. Serius.
2. Rute/Trek/GPX
Nah nah nah, seringkali gue ngeliatin pendaki gak punya rute ataupun peta gunung yang didaki. Hal itu jangan ditiru. Memang sudah banyak gunung yang mempunyai jalur resmi, tapi banyak juga yang gak punya jalur yang selalu keliatan, kan? Bisa aja, jalur setapak yang dibuat jejak-jejak kaki itu buat nyasar kita, tapi siapa yang tau, kan?
Trek biasanya sudah banyak yang upload, tinggal kita nyari file gpxnya. Bagaimana caranya? Tinggal search di om gugel (namagunung).gpx aja. Voila, itu banyak yang didapet. Oh iya, pasti banyak yang nanya, “Rute gitu kan biasanya pake sunto, Ben? Yang dimana harganya itu alat mahal.”. Nah, di lain kesempatan, bakal gue tulis salah satu aplikasi yang sering digunakan. Cuma butuh hape dan powerbank, kenapa powerbank? Yaiyalah, di gunung ga ada chargeran, kali, ya walaupun Cuma ada indomaret dan 711 sih di puncaknya.
3. Harus tau cuaca di gunung
Mau naik gunung, tapi gak tau cuaca yang bakal dihadapi. Duh, ucing ala inces nih jadinya. Jangan anggap remeh cuaca di gunung ya, gaes. Kadang-kadang, cuaca adalah hal yang mematikan. Beneran.
Jadi, saran gue, lebih baik kita taulah cuaca di gunung. Kan biasanya ga selalu akurat, Ben. Nah, makanya 3 hari sebelum pendakian, sering-seringlah buka ramalan cuaca.
Gue punya web mengenai ramalan cuaca yang okse banget, bo. Namanya Mountain Forecast, duh, keren abis deh webnya, 90% lumayan akurat. Kalo mau ngeliat bisa di sini.
4. Restu
Hal terakhir yang mesti gue sampaikan sebelum melakukan pendakian. RESTU. DARI ORANG TUA, PACAR, KEPONAKAN, CALON MERTUA, CALON BAPAK TIRI, CALON ANAK TIRI ATAU DARI CALON KEMIRI. Oke lupakan.
Restu tuh sangat penting, mau dari orang tua kek, mau dari pacar, gebetan ataupun mantan sekalian, kek. Restu itu penting.
Dulu nih, ya. Gue selalu minta restu sama orang tua dan pacar juga. Makanya, gue selalu alhamdulillah selamat, walaupun biasanya pulang bawa penyakit, sih. Jangan-jangan restu mereka gak ikhlas lagi. Duh, gak boleh suudzon. Huu.
Menurut gue, pendaki yang handal adalah pendaki yang selalu pulang sampai rumah dengan selamat, bukan dengan ucapan berbela sungkawa dari teman-teman pendakinya.
Makanya, gue lagi libur mendaki akhir-akhir ini, karena gue gak mendapatkan restu dari pacar, sih, kan soalnya ga punya. Ada yang mau ngasih restu? Ada? Ada? Duh, hopeless banget.
Ini hal yang sangat-sangat-duper-super penting, lho. Iya, NIAT. Misalkan, mau pergi naik gunung, janganlah sekalipun punya niatan ke mall. Karena gunung dan mall adalah dua hal yang berbeda.
Meskipun, mall itu lebih dingin daripada gunung. Dan juga mall kadang-kadang bikin gue nyasar (2 hal kedinginan dan nyasar di mall adalah sebuah rahasia pribadi si penulis, mohon jangan diumbar-umbar, please?). Niat untuk naik gunung dan nyampe puncak bahkan bisa menjadi semangat di saat kaki dan tubuh kita udah berhenti berjuang, lho. Serius.
2. Rute/Trek/GPX
Nah nah nah, seringkali gue ngeliatin pendaki gak punya rute ataupun peta gunung yang didaki. Hal itu jangan ditiru. Memang sudah banyak gunung yang mempunyai jalur resmi, tapi banyak juga yang gak punya jalur yang selalu keliatan, kan? Bisa aja, jalur setapak yang dibuat jejak-jejak kaki itu buat nyasar kita, tapi siapa yang tau, kan?
Trek biasanya sudah banyak yang upload, tinggal kita nyari file gpxnya. Bagaimana caranya? Tinggal search di om gugel (namagunung).gpx aja. Voila, itu banyak yang didapet. Oh iya, pasti banyak yang nanya, “Rute gitu kan biasanya pake sunto, Ben? Yang dimana harganya itu alat mahal.”. Nah, di lain kesempatan, bakal gue tulis salah satu aplikasi yang sering digunakan. Cuma butuh hape dan powerbank, kenapa powerbank? Yaiyalah, di gunung ga ada chargeran, kali, ya walaupun Cuma ada indomaret dan 711 sih di puncaknya.
3. Harus tau cuaca di gunung
Mau naik gunung, tapi gak tau cuaca yang bakal dihadapi. Duh, ucing ala inces nih jadinya. Jangan anggap remeh cuaca di gunung ya, gaes. Kadang-kadang, cuaca adalah hal yang mematikan. Beneran.
Jadi, saran gue, lebih baik kita taulah cuaca di gunung. Kan biasanya ga selalu akurat, Ben. Nah, makanya 3 hari sebelum pendakian, sering-seringlah buka ramalan cuaca.
Gue punya web mengenai ramalan cuaca yang okse banget, bo. Namanya Mountain Forecast, duh, keren abis deh webnya, 90% lumayan akurat. Kalo mau ngeliat bisa di sini.
4. Restu
Hal terakhir yang mesti gue sampaikan sebelum melakukan pendakian. RESTU. DARI ORANG TUA, PACAR, KEPONAKAN, CALON MERTUA, CALON BAPAK TIRI, CALON ANAK TIRI ATAU DARI CALON KEMIRI. Oke lupakan.
Restu tuh sangat penting, mau dari orang tua kek, mau dari pacar, gebetan ataupun mantan sekalian, kek. Restu itu penting.
Dulu nih, ya. Gue selalu minta restu sama orang tua dan pacar juga. Makanya, gue selalu alhamdulillah selamat, walaupun biasanya pulang bawa penyakit, sih. Jangan-jangan restu mereka gak ikhlas lagi. Duh, gak boleh suudzon. Huu.
Menurut gue, pendaki yang handal adalah pendaki yang selalu pulang sampai rumah dengan selamat, bukan dengan ucapan berbela sungkawa dari teman-teman pendakinya.
Makanya, gue lagi libur mendaki akhir-akhir ini, karena gue gak mendapatkan restu dari pacar, sih, kan soalnya ga punya. Ada yang mau ngasih restu? Ada? Ada? Duh, hopeless banget.
Demikian tips-tips sebelum
melakukan pendakian dari pria yang selalu gagal deketin cewek yahud.
Kalau kalian punya tips selain 4 hal di atas? Bisa dong gue dikasih pacar tau juga.
0 comments:
Post a Comment