Tuesday, September 27, 2016

Hal-hal yang Dapat Dilakukan Di Bukit Rhema

Astaga, gue udah lama ngga nulis, ya. Lama banget ninggalin segala bentuk tulis menulis, dari tulisan puisi, galau ataupun jatuh cinta.

Eh, gue masih sering nulis review film di path, deh. Meskipun cuma difrowned aja sama men temen gue. 

Sedih, ya.
Tapi, gapapa, gue itu lelaki setrong yang masih tersisa di muka bumi ini. Bukti dari ke-setrong-an gue ini adalah SUDAH BERANI SAMA YANG NAMANYA KECOA TERBANG. Yosh!

Kali ini, gue pengen nyeritain tentang Bukit Rhema (si Gereja Ayam di AADC2) ini, yang semakin hari makin heits dan membahana. Layaknya kisah Rangga ke kamu Cinta. Sebenernya, selain liburan ke sana, gue udah menjalani liburan di lain tempat, sih. Sayangnya, kerangka ceritanya hilang. Dan jadilah gue ngga bisa nulis tentang itu. Tapi, nantilah, akan gue carikan untuk kalian.

So, here it is.

Liburan kami (gue dan rombongan) (padahal ga ada gunanya dijelasin) direncanakan akan menapak tilas AADC 2. Deeeuh, napak tilas. Gaya banget.
Padahal mah rencana udah mateng banget, tapi kadang-kadang, emang rencana Tuhan yang lebih bijaksana. 

Seperti pertemuan aku ke kamuuuuuuuuuu. Eeque-lah.

Jadi inilah Bukit Rhema

Si gagah Bukit Rhema

Hal-hal yang dapat dilakukan sambil menunggu antrian Bukit Rhema.

1.  Tidur


 Karena tidur sendiri sudah mainstream

Ini sesuatu yang sangat amat mesti dilakukan ketika berkunjung ke Bukit Rhema akhir-akhir ini. Kenapa gue bilang seperti itu? Karena ya karena, ngantrinya aja udah lama banget buat naik ke atas untuk ngikutin ngobrol ala Rangga dan Cinta. Kalau boleh saran, mah, mending ke sininya pas ngga musim liburan panjang gitu. Katanya sih lebih lama dari jatah libur panjang, yaitu lebih panjang 8 menit saja sodara-sodara!

2. Liatin cewe (insyaAllah, mata aku cuma ke kamu) (ini saran buat yang lain aja, kok)

Iya, kegiatan ini ngga wajib dilakukan, hukumnya sunnah, sih. Apalagi buat kamu yang sudah punya pacar, punya gebetan ataupun kamu yang punya gebetan tapi gebetan cuma baca pesan kamu tanpa membalasnya. Camkan!

3. Nyinyirin orang

Karena tipe-tipe masing orang yang berbeda, nyinyir itu jadi kegiatan luar biasa yang jarang dilakukan. Kecuali kamu seperti gue, yang sering kadang suka nyinyir orang yang barusan lewat depan mata sendiri.

Memang, godaan terbesar manusia adalah nyinyirin orang yang kadang suka make bajunya emang bener bener minta dikomenin banget. Contohnya : Mas-mas dengan geng cowonya, namun bercelana gemes. 

4. Makan

Kalo ngga bawa duit, ngga usah. Kalo lagi bokek, ngga usah. Kegiatan ini ngga maksa. 

5. Minum

Ini wajib, karena apapun makanannya, mesti minum.

Oh iya lupa, karena awalnya ngga makan, berarti ngga harus minum juga.

Kemudian kalian bertanya, “Si Ben mau nulis apa, sih?” Lalu gue menjawab, “Whatevalah” 

6. Ambil nomor antrian



Rame, kan?

Iya, kalo kamu mau ke Bukit Rhema, nomor antrian wajib di ambil, tapi jangan dibawa pulang. Karena kalau kamu ngga ngambil antrian, buat apa menunggu.

Gimana? Pinter kan saran gue ini?

7. Foto-foto




Kalau tertarik, bisa hubungi gue, ya. :))


Nggausah disuruh, kalian pasti bakal foto-foto, sih. Sejelek-jeleknya, gue tetep bakal foto kok.

Tapi motoin orang yang mau difoto.

8. Mending gausah naik
Gimana?
Saran teristimewa dan paling mutakhir abad ini:

YAUDAH NGGAUSAH NAIK KALAU EMANG NGGA MAU ANTRI, MAH!

Lah, kenapa gue jadi kesel sendiri gini, ya. Mungkin karena pesan gue ngga terbalas juga pas nulis ini.

Sedihlah pokoknya jadi kamu.

Kok kamu?

Kalo kamu baca ini kan, berarti kamu belum pernah ke Bukit Rhema.

Eh bener ngga sih?

Yasudah, lupakan, mungkin gue lagi khilaf. Pokoknya kalau kamu mau foto bagus, mending ke Punthuk Setumbu aja. Tapi kalau mau ngilangin hasrat, coba ke sini.

Saturday, January 30, 2016

Kacamata Sayang Kacamata Malang

Hal apa yang udah kalian lakukan untuk hobi? Hal terberat? Hal termahal? Hal termurah?

Sekarang, kalo gue pikirkan (ya seenggaknya emang ada pikiran lah, ya), hobi itu banyak yang perlu mengeluarkan banyak uang. Contoh, anak skateboard. Setau gue, papan paling murah yang pernah diliat aja sekitar 500 ribu. Itu hanya papan, belum rodanya. Lumayan, kan?

Contoh yang kedua : Anak Gunung. Percaya ngga sih? Kalo dibalik kegembelannya saat mendaki gunung, para pendaki adalah orang yang mempunyai uang banyak.  

Tas gunung, kemungkinan harga termurah adalah sekitar 500 ribu, dengan merk tertentu. Paling mahal mungkin bisa mencapai 5 juta kali, ya. Kemudian sepatunya, bisa sampai satu juta ataupun lebih. Menurut gue, sih.

Tapi, di artikel ini, gue ngga bahas berapa mahalnya sebuah produk, kok. Gue pengen bahas mengenai hobi yang baru. Iya, mungkin jika kalian pernah liat instagram gue, kalian bisa melihat beberapa video mesum bersejarah dalam hidup gue.

Udah pada tau kan kalo gue punya instagram?

Bener kan?

Tau, kan?

Ah belum, ya? Hih jahaaaaaaat. :( *sesenggukan di jalan* 

Jadi, bagi yang belum pernah liat, silahkan liat dulu, baru lanjutin baca artikelnya.

Ciegitu.

***

Belum lama ini, gue lagi asyik mencoba olahraga freediving. Apa itu freediving? Sama ngga sih kaya scuba diving? Jadi, freediving adalah kegiatan di bawah air yang dilakukan selama mungkin menggunakan paru-paru saat bernafas tanpa dibantu menggunakan tabung oksigen seperti pada scuba diving. Menurut pengertian dari Wikipedia.

Dengan kata lain, freediving hanya menggunakan mask, fin dan juga wet suit. Kegiatan freediving ini, biasa dikondisikan dengan kegiatan lain seperti spearfishing, underwater hockey, ataupun underwater football. 

Tapi jangan samakan freediving dengan diving-nya Ashley Young, ya. Itu beda, kok. Sebagai informasi aja, sih.

Hobi tersebut timbul saat setelah berenang lucu di Pulau Tunda. Ya, gue pikir, kayanya asyik ya bisa menyelam di kedalaman lautan asmara terdalam.

Akhirnya,  di sekitar dekat penghujung tahun 2015, gue sepakat pada diri sendiri untuk membeli peralatan freediving sendiri. Terkecuali wet suit. Soalnya mahal, cyin. Gaq quwat liatnya mata ini.

Karena pada saat itu masih awam banget dengan dunia per-freediving-an, gue ngga tau merk apa yang bagus dan pantas dibeli dengan budget yang menyisa di kantong celana.

Setelah beberapa kali nanya ke teman. Gue memberanikan diri untuk membeli merk Amscud ataupun Seac. Karena pada saat itu, kedua merk tersebut masih terjangkau dengan budget yang tersisa. Bisa sih beli pake kartu kredit. Itupun kalo ada yang mau pinjemin kartunya ke gue.

Nasib memang pada saat itu. Terpaksa gue membeli dengan merk Cressi, yang notabene lebih baik dari kedua merk yang diinginkan. Itu sih katanya. Menurut gue, tergantung spek si alat juga, sih. Karena memang bener masih awam, “harga mahal menentukan kualitas” dengan prinsip itu lah gue membelinya. 

 
 diambil oleh @ryonarwendo

Perjalanan kami berdua sebagai partner sudah sangat baik. Dia mengerti akan kebutuhan gue, keinginan gue, ataupun kelengkapan hasrat yang ada di tubuh ini. Bisa dibilang, dialah pacar saya waktu itu.

Maklum, saat itu jomlo. Kayanya, sih.

Kan cewe gue orang banyak.

Perjalanan kami yang pertama, yaitu pergi ke Pulau Air. Ternyata, dia sangat prima, sangat bugar, sangat kharismatik. Dia melengkapi dan membantu saya dalam mengarungi bahtera di lautan terdalam. Gak bisa dipungkiri lagi. Gue sudah jatuh cinta sama dia. Eh? Gue macem animism gitu, ya? Haha. 

Mask? Tak diragukan lagi, beberapa meter di bawah permukaan laut, dia tidak bocor dan sangat cerah sehingga membantu gue melihat indahnya bawah laut.

Fin? Ini bukan berakhir, ya. Fin itu adalah kaki katak. Katak punya kaki. Atau apalah istilah itu. Benar-benar membantu lagi. Gue bisa mengambang dengan satu sampai dua kali hentakan saja. Luar biasa.

Dan...   


..

..

Perjalanan kedua dan terakhir kami.

Saat itu, gue dan kawan-kawan berangkat ke Lampung untuk yang kedua kalinya. Setelah berganti-ganti tempat snorkeling yang asyik. Gue secara tidak sadar melakukan tindakan bodoh dengan menduduki mask gue sendiri.

Seketika, tempered glass pada mask gue, terbelah, menjadi puing-puing, menjadi sampah kaca yang tak bernilai.

Dokumentasi Pribadi


Gue langsung..

..

..sedih saat itu juga.

Gak tau harus melakukan apa lagi. Merasa seperti kehilang seseorang dalam partner terpenting.
Yang akhirnya gue lakukan pada saat itu, ya nyebur kembali ke dalam lautan. It fixed me. Kayak lagunya Coldplay, tapi dicampur sama dangdut remix khas Lampung.

***

Gue sadar pada saat itu.

Gak, gak ada yang kekal di dunia ini. Sekalipun benda mati. Kadang kita terlalu dekat dengan sesuatu, sehingga tanpa sadar kita sudah teradiksi, mulai ketergantungan.

Seperti pada hubungan, sekali kita ketergantungan pada seseorang. Kadang, malah seseorang tersebut yang dapat ‘membunuh’ kita dengan perlahan.

Kok, curhat? Wehehe.