Hal apa yang udah
kalian lakukan untuk hobi? Hal terberat? Hal termahal? Hal termurah?
..
..
Sekarang, kalo gue pikirkan
(ya seenggaknya emang ada pikiran lah, ya), hobi itu banyak yang perlu
mengeluarkan banyak uang. Contoh, anak skateboard. Setau gue, papan paling
murah yang pernah diliat aja sekitar 500 ribu. Itu hanya papan, belum rodanya.
Lumayan, kan?
Contoh yang kedua :
Anak Gunung. Percaya ngga sih? Kalo dibalik kegembelannya saat mendaki gunung,
para pendaki adalah orang yang mempunyai uang banyak.
Tas gunung,
kemungkinan harga termurah adalah sekitar 500 ribu, dengan merk tertentu.
Paling mahal mungkin bisa mencapai 5 juta kali, ya. Kemudian sepatunya, bisa
sampai satu juta ataupun lebih. Menurut gue, sih.
Tapi, di artikel ini,
gue ngga bahas berapa mahalnya sebuah produk, kok. Gue pengen bahas mengenai
hobi yang baru. Iya, mungkin jika kalian pernah liat instagram gue, kalian bisa
melihat beberapa video mesum bersejarah dalam hidup gue.
Udah pada tau kan
kalo gue punya instagram?
Bener kan?
Tau, kan?
Ah belum, ya? Hih
jahaaaaaaat. :( *sesenggukan di jalan*
Jadi, bagi yang belum
pernah liat, silahkan liat dulu, baru lanjutin baca artikelnya.
Ciegitu.
***
Belum lama ini, gue
lagi asyik mencoba olahraga freediving.
Apa itu freediving? Sama ngga sih
kaya scuba diving? Jadi, freediving adalah kegiatan di bawah air
yang dilakukan selama mungkin menggunakan paru-paru saat bernafas tanpa dibantu
menggunakan tabung oksigen seperti pada scuba
diving. Menurut pengertian dari Wikipedia.
Dengan kata lain, freediving hanya menggunakan mask, fin dan juga wet suit.
Kegiatan freediving ini, biasa
dikondisikan dengan kegiatan lain seperti spearfishing,
underwater hockey, ataupun underwater football.
Tapi jangan samakan freediving dengan diving-nya Ashley Young, ya. Itu beda, kok. Sebagai informasi aja,
sih.
Hobi tersebut timbul
saat setelah berenang lucu di Pulau Tunda. Ya, gue pikir, kayanya asyik ya
bisa menyelam di kedalaman lautan asmara terdalam.
Akhirnya, di sekitar dekat penghujung tahun 2015, gue
sepakat pada diri sendiri untuk membeli peralatan freediving sendiri. Terkecuali wet
suit. Soalnya mahal, cyin. Gaq quwat liatnya mata ini.
Karena pada saat itu
masih awam banget dengan dunia per-freediving-an,
gue ngga tau merk apa yang bagus dan pantas dibeli dengan budget yang menyisa
di kantong celana.
Setelah beberapa kali
nanya ke teman. Gue memberanikan diri untuk membeli merk Amscud ataupun Seac.
Karena pada saat itu, kedua merk tersebut masih terjangkau dengan budget yang
tersisa. Bisa sih beli pake kartu kredit. Itupun kalo ada yang mau pinjemin
kartunya ke gue.
Nasib memang pada
saat itu. Terpaksa gue membeli dengan merk Cressi, yang notabene lebih baik
dari kedua merk yang diinginkan. Itu sih katanya. Menurut gue, tergantung spek
si alat juga, sih. Karena memang bener masih awam, “harga mahal menentukan
kualitas” dengan prinsip itu lah gue membelinya.
diambil oleh @ryonarwendo
Perjalanan kami
berdua sebagai partner sudah sangat baik. Dia mengerti akan kebutuhan gue,
keinginan gue, ataupun kelengkapan hasrat yang ada di tubuh ini. Bisa dibilang,
dialah pacar saya waktu itu.
Maklum, saat itu jomlo. Kayanya, sih.
Kan cewe gue
orang banyak.
Perjalanan kami yang
pertama, yaitu pergi ke Pulau Air. Ternyata, dia sangat prima, sangat bugar,
sangat kharismatik. Dia melengkapi dan membantu saya dalam mengarungi bahtera
di lautan terdalam. Gak bisa dipungkiri lagi. Gue sudah jatuh cinta sama dia.
Eh? Gue macem animism gitu, ya? Haha.
Mask?
Tak diragukan lagi, beberapa meter di bawah permukaan laut, dia tidak bocor dan
sangat cerah sehingga membantu gue melihat indahnya bawah laut.
Fin?
Ini bukan berakhir, ya. Fin itu
adalah kaki katak. Katak punya kaki. Atau apalah istilah itu. Benar-benar
membantu lagi. Gue bisa mengambang dengan satu sampai dua kali hentakan saja.
Luar biasa.
Dan...
..
..
Perjalanan kedua dan
terakhir kami.
Saat itu, gue dan
kawan-kawan berangkat ke Lampung untuk yang kedua kalinya. Setelah
berganti-ganti tempat snorkeling yang
asyik. Gue secara tidak sadar melakukan tindakan bodoh dengan menduduki mask gue sendiri.
Seketika, tempered glass pada mask gue, terbelah, menjadi puing-puing, menjadi sampah kaca yang
tak bernilai.
Dokumentasi Pribadi
Gue langsung..
..
..sedih saat itu
juga.
Gak tau harus
melakukan apa lagi. Merasa seperti kehilang seseorang dalam partner terpenting.
Yang akhirnya gue
lakukan pada saat itu, ya nyebur kembali ke dalam lautan. It fixed me. Kayak lagunya Coldplay, tapi dicampur sama dangdut remix khas Lampung.
***
Gue sadar pada saat
itu.
Gak, gak ada yang
kekal di dunia ini. Sekalipun benda mati. Kadang kita terlalu dekat dengan sesuatu,
sehingga tanpa sadar kita sudah teradiksi, mulai ketergantungan.
Seperti pada
hubungan, sekali kita ketergantungan pada seseorang. Kadang, malah seseorang
tersebut yang dapat ‘membunuh’ kita
dengan perlahan.
Kok, curhat? Wehehe.